1.
Surah
ali imran ayat 103
( 103 ) وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ
فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ
103. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali ‘Imraan: 103)
Asbabun
Nuzul
Diriwayatkan oleh Al-Faryabi dan Ibnu Abi
Hatim, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketikau kaum Aus dan Khajraj
duduk-duduk, berceritalah mereka tentang permusuhannya di jaman jahiliyah,
sehingga bangkitlah amarah kedua kaum tersebut. Masing-masing bangkit memgang
senjatanya, saling berhadapan. Maka turunlah ayat tersebut (Ali ‘Imraan: 101-103)
yang melerai mereka.
Diriwayatkan oleh Ibu Ishaq dan Abusy Syaikh,
yang bersumber dari Zaid bin Aslam bahwa seorang Yahudi yang bernama Syas bin
Qais lewat di hadapan kaum Aus dan Khajraj yang sedang bercakap-cakap dengan
riang gembira. Ia merasa benci dengan keintiman mereka, padahal asalnya
bermusuhan. Ia menyuruh seorang anak mudah anak buahnya untuk ikut serta
bercakap-cakap dengan mereka. Mulailah kaum Aus dan Khajraj berselisih dan
menyombongkan kegagahan masing-masing, sehingga tampillah Aus bin Qaizhi dari
golongan Aus dan Jabbar bin Shakhr dari golongan Khajraj saling mencaci
sehingga menimbulkan amarah kedua belah pihak. Berloncatanlah kedua kelompok
itu untuk berperang. Hal inni sampai kepada Rasulullah saw. sehingga beliau
segera datang dan memberi nasehat serta mendamaikan mereka. Mereka pun tunduk
dan taat. Maka turunlah ayat tersebut di atas (Ali ‘Imraan: 100) berkenaan
denga Aus dan Jabbar serta orang-orang yang menjadi pengikutnya, sedangkan (Ali
‘Imraan: 99) berkenaan dengan Syas bin Qais yang mengadu domba kaum Muslimin.
Kandungan
ayat
Ayat ini memerintahkan seluruh kaum muslimin
untuk bersatu di atas jalan Allah dan melarang kita untuk berpecah-belah.
Disebutkan dalam ayat ini, bahwa persatuan yang diperintahkan adalah persatuan
di atas kitab dan sunnah atau di atas tali Allah. Barang siapa
yang melepaskan diri atau mengambil jalan lain selain jalan Allah, maka dialah
yang memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan berarti dialah yang
menyebabkan terjadinya perpecahan.
2. ayat (QS. Ali Imran: I59)
( 159 ) فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ
فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka,
sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah
membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: I59)
Asbabun nuzul
Sebab – sebab turunya ayat ini kepada Nabi Muhammad saw adalah
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abbas ra menjelaskan
bahwasanya setelah terjadinya perang Badar, Rasulullah mengadakan musyawarah
dengan Abu Bakar ra dan Umar bin Khaththab ra untuk meminta pendapat
meraka tentang para tawanan perang, Abu Bakar ra berpendapat, meraka sebaiknya
dikembalikan kepada keluargannya dan keluargannya membayar tebusan. Namun, Umar
ra berpendapat mereka sebaiknya dibunuh. Yang diperintah membunuh adalah
keluarganya. Rasulullah mesulitan dalam memutuskan. Kemudian turunlah ayat ini
sebagai dukungan atas Abu Bakar (HR. Kalabi).
kandungan dari QS. Ali ‘Imran aayt 159
Pertama: Para ulama berkata, “Allah SWT memerintahkan kepada
Nabi-Nya dengan perintah-perintah ini secara berangsur-angsur. Artinya, Allah
SWT memerintahkan kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka
terhadap beliau. Setelah mereka mendapat maaf, Allah SWT memerintahkan beliau
utnuk memintakan ampun atas kesalahan mereka terhadap Allah SWT. Setelah mereka
mendapat hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam segala
perkara”.
Kedua: Ibnu ‘Athiyah berkata,
“Musyawarah termasuk salah satu kaidah syariat dan penetapan hokum-hukum. Barangsiapa yang tidak bermusyawarah dengan ulama,
maka wajib diberhentikan (jika dia seorang pemimpin). Tidak ada pertentangan
tentang hal ini. Allah SWT memuji orang-orang yang beriman karena mereka suka
bermusyawarah dengan firman Nya “sedang
urusan mereka (diputuskan dengan musyawarat antara mereka”
Ketiga:
Firman Allah SWT: “Dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu”. Menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara
dan menentukan perkiraan bersama yang didasari dengan wahyu. Sebab, Allah
SWT mengizinkan hal ini kepada Rasul-Nya. Para ulama berbeda pendapat tentang
makna perintah Allah SWT kepada Nabi-Nya ntuk bermusyawarah dengan para sahabat
beliau.
3.
Surah
Al-Imran:180
( 180 ) وَلَا
يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا
لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “
Kandungan
ayat
Orang-orang yang telah diberi harta dan
limpahan karunia oleh Allah SWT kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan
kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat
tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan
bagi mereka. Harta benda kekayaan akan tetap utuh dan tidak kurang bila
dinafkahkan di jalan Allah bahkan akan bertambah dan diberkati. Tetapi
kebakhilan itu adalah suatu hal yang buruk dan merugikan mereka sendiri, karena
harta yang tidak dinafkahkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak di hari
kiamat sebagai azab dan siksaan yang amat berat, sebab harta benda yang
dikalungkan itu akan berubah menjadi ular yang melilit mereka dengan kuat
Asbabun
nuzul
bahwa mereka adalah
orang-orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan harta, tetapi mereka
bakhil (menahan diri) dalam menginfaqkan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
tidak menunaikan (mengeluarkan) zakatnya. Pendapat ini dikatakan oleh Ibnu
Mas’ud, Abu Hurairah rahiyallahu ‘anhuma, riwayat Abu Shalih dari Ibnu Abbas
rahiyallahu ‘anhuma, Abu Wa’il, Abu Malik, Asy-Sya’bi, Ibrahim An-Nakha’i,
As-Suddi pada sebagian riwayat.
bahwa mereka adalah
orang-orang Yahudi. Mereka bakhil yaitu tidak mau menjelaskan kepada manusia
tentang apa saja yang ada dalam Taurat, juga tentang kenabian Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta sifat-sifatnya. Pendapat ini dikatakan oleh
Ibnu Abbas rahiyallahu ‘anhuma dan Mujahid rahimahullahu. Maka turunlah ayat
ini memberi penjelasan tentang perkara yang demikian.
4.
Surah Annisaa': 59
( 59 ) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. “
Asbabul
Nuzul Surat an-Nisa ayat 59
Diriwayatkan oleh Bukhari dengan ringkas dan
lain-lain, yang bersumber dari ‘Ibnu ‘Abbas, akan tetapi menurut Imam
ad-Dawudi, riwayat tersebut menyalah gunakan nama Ibnu ‘Abbas.
Dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (Q.S 4 an-Nisa:59) berkenaan dengan
Abdullah bin Hudzaifah bin Qais ketika diutus oleh Nabi SAW, memimpin suatu
pasukan.
Di saat ‘Abdullah marah-marah kepada
pasukannya, ia menyalakan api unggun, lalu memerintahkan pasukannya untuk
terjun ke dalamnya. Pada waktu itu sebagian menolak dan sebagian lagi hampir
menerjunkan diri ke dalam api. Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa
‘Abdullah, mengapa ayat ini dikhususkan untuk menaati ‘Abdullah bin Hudzaifah
saja, sedangkan pada waktu lainnya tidak, dan sekiranya ayat ini turun
sesudahnya, maka berdasarkan hadist yang telah mereka ketahui, yang wajib
ditaati itu ialah didalam hal yang makruf (kebaikan). Jadi tidak pantas
dikatakan kepada mereka mengapa mereka tidak taat.
Kandungan Ayat
Dari terjemahan surat An-nisa ayat 59 di atas,
kita dapat mengambil beberapa intisari pelajaran yang sangat berharga mengenai
berbangsa dan bernegara, pertama, kita diwajibkan untuk
menjalankan perintah Allah yang telah diwahyukan melalui Al-Qur`an, kita
diperintahkan-Nya untuk tetap terus berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan
menjadikannya sebagai landasan dari perilaku kita khususnya dalam konteks ini
yaitu berbangsa dan bernegara karena Al-Qur`an merupakan primary
source dari segala permasalahan. Dalam berbangsa dan bernegara,
kita harus yakin bahwa dengan mengikuti serta mengaplikasikan nilai-nilai
Al-Qur`an, konsep berbangsa dan bernegara kita sesuai dengan perintah
Allah. Kedua, kita diperintahkan
untuk menaati Rasulullah yang telah membimbing kita melalui ajaran-ajarannya,
salah satunya adalah sunnah yang merupakan perkataan, perbuatan, dan diamnya
nabi atas suatu perkara. Sunnah dalam kaitannya dengan Al-Qur`an merupakan
sumber hukum kedua setelahnya yang mempunyai banyak fungsi salah satunya adalah
menerangkan ayat Al-Qur`an yang bersifat umum dan memperkuat serta memperkokoh
pernyataan dari ayat Al-Qur`an. Terakhir, kita diperintahkan untuk taat kepada
kalangan yang memegang otoritas baik dalam pemerintahan, masyarakat atau
keluarga, tetapi prinsip ketaatan ini harus memenuhi prasyarat atau dengan kata
lain bersifat tanpa reserve,artinya pemimpin itu harus
ditaati selama dia menjalankan perintah Allah dan Rasulnya.
menyatakan dalam Al-Qur`an surat Al-Anbiya ayat
92 “Sesungguhnya umat ini adalah umat yang satu”. Dari persatuan dan kesatuan
itu, sikap memiliki atau nasionalisme akan rasa kebangsaan dan kenegaraan kita
akan terasah dan semakin tajam.
Jadi, jelas bahwa setiap negara lahir dan
berdiri sesungguhnya karena didasari oleh suatu cita-cita dan tujuan yang ingin
diraihnya dalam penyelenggaran bernegara bagi kehidupan masyarakat. Cita-cita
yang ingin diraih itu diwujudkan dalam bingkai kebangsaan dan kenegaraan
sebagai pijakan awal arah perjuangan.tanpa
memiliki cita-cita dan tujuan , maka kita akan kehilangan arah dalam
merealisasikannya. Terlepas dari itu semua, ada hal yang lebih penting, yakni
landasan, pola pikir dan pijakan yang merupakan langkah awal sebelum melangkah
lebih jauh ke arah tujuan dan cita-cita harus benar-benar terbingkai
dalam frame yang
jelas, dalam kaitan ini jelaslah bahwa bingkai keislaman melalui nilai-nilai
Al-Qur`an harus menjadi langkah awal dalam berbangsa dan bernegara, karena
sudah jelas bahwa Al-Qur`an dengan segala mukjizatnya merupakan solusi yang
aplikatif yang dapat menjawab permasalahan Bangsa Indonesia selama ini,
(
2 ) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا
الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ
فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن
تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا
عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia
dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,
maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.
Asbabun nuzul
Ibnu
Jarir mengetengahkan sebuah hadis dari Ikrimah yang telah bercerita,
"Bahwa Hatham bin Hindun Al-Bakri datang ke Madinah beserta kafilahnya
yang membawa bahan makanan. Kemudian ia menjualnya lalu ia masuk ke Madinah
menemui Nabi saw.; setelah itu ia membaiatnya dan masuk Islam. Tatkala ia pamit
untuk keluar pulang, Nabi memandangnya dari belakang kemudian beliau bersabda
kepada orang-orang yang berada di sekitarnya, 'Sesungguhnya ia telah menghadap
kepadaku dengan muka yang bertampang durhaka, dan ia berpamit dariku dengan
langkah yang khianat.' Tatkala Al-Bakri sampai di Yamamah, ia kembali murtad
dari agama Islam. Kemudian pada bulan Zulkaidah ia keluar bersama kafilahnya
dengan tujuan Mekah. Tatkala para sahabat Nabi saw. mendengar beritanya, maka
segolongan sahabat Nabi dari kalangan kaum Muhajirin dan kaum Ansar bersiap-siap
keluar Madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya itu. Kemudian Allah
swt. menurunkan ayat, 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syiar-syiar Allah...' (Q.S. Al-Maidah 2) kemudian para sahabat mengurungkan
niatnya (demi menghormati bulan haji itu). Hadis serupa ini telah dikemukakan
pula oleh Asadiy." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Zaid bin Aslam yang
mengatakan, "Bahwa Rasulullah saw. bersama para sahabat tatkala berada di
Hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki
Baitulharam. Peristiwa ini sangat berat dirasakan oleh mereka, kemudian ada
orang-orang musyrik dari penduduk sebelah timur jazirah Arab lewat untuk tujuan
melakukan umrah. Para sahabat Nabi saw. berkata, 'Marilah kita halangi mereka
sebagaimana (teman-teman mereka) mereka pun menghalangi sahabat-sahabat kita.'
Kemudian Allah swt. menurunkan ayat, 'Janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat
aniaya kepada mereka...'" (Q.S. Al-Maidah 2)
Kandung Ayat
Berdasarkan analisis lafadz di atas maka dapat disimpulkan beberapa
hukum yang terkandung dalam ayat ini, diantaranya:
·
Larangan
melakukan peperangan pada bulan-bulan yang diharamkan yaitu Dzulkaidah,
Dzulhijjah, Muharram, Rajab. Namun sudah di-nasakh oleh ayat lainnya.Larangan
berburu dan memakan binatang buruan pada saat ihram dan di daerah (teritori)
tanah haram.Diperbolehkannya berdagang dalam keadaan sedang mengerjakan haji
dan umrah.Larangan bagi kaum muslim untuk mengahalangi kaum musyrik yang hendak
berkunjung ke Tanah Haram baik untuk beribadah atau kegiatan lain. Namun sudah
di-nasakh oleh ayat lainnya.Larangan untuk menggangu, menyembelih dan menjual
binatang hadiah atau binatang berkalung sebelum tiba di tanah haram.
( 8 ) يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ
أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Asbabun nuzul
Diriwayatkan
di zaman Qurais orang-orang tidak berlaku jujur dan adil dalam segala hal. Maka
turunlah ayat ini memberi penjelasan .
Kandungan Ayat
Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
yang tidak memiliki keadilan, bahkan jika kamu bersaksi untuk kepentingan orang
dekatmu, maka kamu pun harus bersaksi terhadapnya meskipun merugikannya.
Demikian juga sebagaimana kamu bersaksi yang merugikan musuhmu, maka kamu pun
harus bersaksi meskipun menguntungkannya walaupun ia orang kafir atau ahli
bid'ah, yakni harus adil dan menerima yang hak jika terkadang muncul darinya,
dan tidak boleh menolak kebenaran karena diucapkan olehnya, bahkan yang
demikian adalah kezaliman.
( 11 ) يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ
أَن يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنكُمْ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya)
kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu
(untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan
bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu
harus bertawakkal.
Kandungan
ayat
Allah
Maha Kuasa atas segalanya, Dia adalah Dzat yang pengasih dan penyayang yang
tidak mungkin melihat seorang hambaNya menderita dan kesulitan. Dia selalu
menolong hambaNya. Maka berdoalah kepadaNya serta bertawakkallah hanya kepada
Dia.
Asbabun
Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber
dari Qatadah bahwa ayat ini (al-Maa-idah: 11) diturunkan kepada Rasulullah saw.
di saat beliau berada di kebun kurma, ketika diintai oleh Bani Tsa’labah dan
Bani Muharib pada ghazwah (peperangan yang dipimpin Rasulullah saw.) yang ketujuh.
Mereka bermaksud membunuh Nabi saw. yang sedang tidur, dengan mengirim seorang
Arab untuk melaksanakannya. Si Arab itu mengambil pedang Nabi kemudian
menghunusnya dan menggertak beliau sambil berkata: “Siapa yang menghalangi
engkau dari pedang ini?” Nabi bersabda: “Allah.” Maka jatuhlah pedang itu dari
tangannya, tetapi Rasulullah tidak membalasnya. Ayat ini (al-Maa-idah: 11)
turun sebagai perintah untukk selalu bertawakal kepada Allah.
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab
Dalaa-ilun Nubuwwah, dari al-Hasan, yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah
bahwa seorang laki-laki dari suku Muharib, namanya Ghaurats bin al-Harits,
berkata kepada kaumnya: “Akan kubunuh Muhammad untuk kemenangan kalian.”
Kemudian ia datang kepada Rasulullah saw. di saat beliau duduk-duduk, sedang
pedang beliau terletak di pangkuannya. Ia berkata: “Coba aku lihat pedangmu
itu.” Nabi bersabda: “Boleh.” Pedang itu diambilnya, dihunus dan
diayun-ayunkkannya untuk ditetakkannya (dibacokkannya) sambil berkata: “Apakah
engkau tidak takut padaku?” Nabi menjawab: “Tidak.” Ia berkata lagi: “Apakah
engkau tidak takut, padahal pedang ada di tanganku?” Nabi menjawab: “Tidak,
karena Allah akan menghalangi dan menyelamatkanku darimu.” Kemudian pedang itu
dimasukkan lagi ke dalam sarungnya seraya diserahkan kembali kepada Rasulullah
saw.. Maka turunlah ayat ini (al-Maa-idah: 11) sebagai ajaran untuk selalu
ingat akan nikmat yang telah Allah berikan.
( 12 ) ۞ وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا ۖ وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ
ۖ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآمَنتُم بِرُسُلِي
وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّأُكَفِّرَنَّ
عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ ۚ فَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ
السَّبِيلِ
Dan
sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami
angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka
dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang
mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
Asbabun nuzul
Diriwayatkan
pada zaman quraisy masih banyak kaum yang masih menyimpang dari kaidah-kaidah
islam dan pengetahuan agama masih kurang apalagi masalah zakat dan
kepemimpinan. Maka turunlah ayat ini untuk menjelaskan.
Kandungan ayat
Untuk
suksesnya Bani Israel dalam memenuhi perjanjian maka Allah mengangkat seorang
pemimpin [penanggung jawab]. Naqib harus bertanggung jawab terhadap orang-orang
yang di pimpin. Bani Israel itu terdiri dari 12 suku oleh karena itu perlu
penanggung jawab/Naqib/pemimpin. Dalam pandangan syar’i Naqib fungsinya sebagai
pemimpin kelompok maka dia harus di taati dan di posisikan sebagai pembimbing
bukan sekadar formalitas.
Rasul
ketika berdakwah (menerima orang-orang Anshor) juga menggunakan sistem ini.
Ketika Rasul menerima orang-orang Anshor yang terdiri dari banyak suku, maka
Rasul meminta 12 orang untuk dijadikan Naqib. 3 orang dari kalangan Aus, 9
orang dari Khorjoj. 12 orang itu sebelum di angkat sebagai pemimpin, memang
posisinya sudah menonjol dikalangannya. Naqib-Naqib tersebut untuk mengadakan
perjanjian dengan Rasul dengan point “ Mereka siap masuk Islam dan membela
Rasulullah SAW”. Kesetiaan para Naqib teruji saat terjadi perang Badar (perang
yang tidak direncanakan). Dalam hal ini Rasul membuka majelis syuro untuk
menyampaikan pendapat. Disini orang-orang Anshor tidak ada yang ikut, sedang
orang-orang muhajirin siap ikut semua. Orang-orang Anshor tidak ada yang ikut
karena perang Badar dilakukan diluar Madinah.
( 32 ) مِنْ
أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا
بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ
جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ
جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ
ذَٰلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka
bumi.
Asbabun Nuzul
membunuh
orang bukan karena qishaash. Hukum ini bukanlah mengenai Bani Israil saja,
tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh
seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia seluruhnya, karena orang seorang
itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga
membunuh keturunannya. Ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang
nyata. Dan turunlah ayat ini sebagai penjelasan
isi kandungan
surah al maidah ayat 32
1. allah melarang manusia untuk membunuh satu sama lain
2. allah memerintahkan kpd manusia untuk memelihara kehidupan
3. menjadikan rasul-rasul sebgai pembawa keterngan yang jelas
4. tidak melakukan hal-hal yang sudah di ketahui keharamannya
Pembunuhan terhadap manusia tanpa alasan
yang ditetapkan Allah, seperti qisash (hukuman mati bagi pembunuh, murtad
dari Islam dan sebagainya) adalah kejahatan kemanusiaan yang berdampak
atas kerusakan yang luas. Seperti itu juga halnya dengan kejahatan pengrusakan
terhadap alam dan lingkungan seperti akibat pertambangan dan aktivitas
bisnis lainnya. Bila tindakan kejahatan pembunuhan dan pengrusakan alam
tersebut tidak dicegah dan dihukum berat berat para pelakunya, maka akan
mendorong masyarakat hidup dengan brutal dan hukum rimba. Yang kaya dan
yang berkuasa akan dengan mudah menghilangkan nyawa orang yang dianggap
lawannya dan menguasai lahan atau tanah yang bukan hak mereka.
Sebab itu, tindakan pembunuhan terhadap satu
jiwa di mata Allah sama dengan melakukan pembunuhan terhadap segenap manusia
dan tindakan tersebut sama dengan memerangi Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan
hukuman orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan melakukan
kerusakan di atas muka bumi adalah dibunuh, atau disalib, atau
dipotong tangan dan kakinya secara silang, atau dibuang ke tempat yang
terisolasi. Itu adalah hukuman dunia, sedangkan hukuman akhirat adalah
neraka. Namun jika mereka taubat sebelum hukum ditegakkan, maka Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya takwa pada Allah dan
bersungguh-sungguh mencari ridha-Nya serta berjihad di jalan-Nya adalah solusi meraih kemenangan di dunia dan akhirat.
Sebaliknya, pengingkaran dan pembangkangan terhadap sistem atau
agama Allah adalah penyebab kegagalan di dunia dan akhirat, kendati
memiliki harta yang banyak dan kekuasaan yang besar. Karena harta yang banyak
dan kekuasaan itu tidak berguna di akhirat kelak.
10. Al ma’idah
Ayat ke 48
( 48 ) وَأَنزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ
الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ ۖ
وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا
مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً
وَاحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ
فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya:
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu. (5: 48)
Asbabun nuzul
untuk menjelaskan kepada manusia bahwa AlQur'an
adalah kitab penyempurna dari kitab kitab Allah sebelumnya sehingga manusia
dapat menjadikan AlQuran sebagai pedoman hidup dan sebagai sumber hukum
kandungan
ayat
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah Swt
mengutus para nabi dan menurunkan syariat kepada umat manusia untuk memberi
petunjuk kepada manusia sepanjang sejarah. Sayangnya, sebagian dari
ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau diselewengkan. Sebagai ganti ajarah
para nabi, mereka membuat ajaran sendiri yang bersifat khurafat dan khayalan.
Sementara ayat ini menyinggung kedudukan tinggi al-Quran sebagai
pembenar kitab-kitab samawi, juga menyebutnya sebagai penjaga kitab-kitab
tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar ajaran para nabi
terdahulu, al-Quran juga sepenuhnya memelihara keaslian ajaran itu dan
menyempurnakannya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran
yang dapat dipetik:
1. Al-Quran bila dibandingkan
dengan kitab-kitab samawi terdahulu memiliki kemuliaan dan
keistimewaan.
2. Bahaya yang mengancam para tokoh
masyarakat ialah ketidakpedulian terhadap hakikat ilahi demi menarik simpati
manusia, serta menuruti keinginan mereka yang tidak pada tempatnya.
3. Salah satu dari sarana cobaan Allah
ialah adanya perbedaan agama di sepanjang sejarah, sehingga dapat
memperjelas siapa gerangan yang bisa menerima kebenaran, serta siapa yang
ekstrim dan keras kepala.
11. Al
maaidah Ayat ke 49-50
( 49 ) وَأَنِ
احْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ فَإِن
تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ
ذُنُوبِهِمْ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
Artinya:
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik. (5: 49)
Asbabun nuzul
Diriwayatkan
oleh Ibnu Ishaq yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Ka’b bin Usaid mengajak
‘Abdullah bin Shuriya dan Syas bin Qais pergi menghadap Nabi Muhammad untuk
mencoba memalingkan beliau dari agamanya dengan berkata: “Hai Muhammad. Engkau
tahu bahwa kami pendeta-pendeta Yahudi, pembesar dan tokoh mereka, sedang
mereka tidak akan menyalahi kehendak kami. Kebetulan antara kami dengan mereka
terdapat percekcokan. Kami mengharapkan agar engkau mengadilinya dan
memenangkan kami dalam perkara ini. Dengan begiitu kami akan beriman kepadamu.”
Nabi saw. menolak permintaan mereka, dan turunlah ayat tersebut di atas (al-Maa-idah:
49-50) yang mengingatkan untuk tetap bepegang pada hukum Allah dan berhati-hati
terhadap kaum Yahudi.
Kandungan Ayat
Al Qur’an membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjadi saksi
terhadapnya, dan bahwa berhukum dengan Al Qur’an adalah wajib .
Ayat
ini juga menyinggung sebuah poin penting dan
mengatakan, apabila kalian mencari aturan kehidupan, maka siapa
gerangan yang lebih baik dari Tuhan, Zat yang menentukan undang-undang?
Dia Maha Tahu terhadap rahasia seluruh kehidupan dan manusia itu sendiri! Allah
tidak pernah berbuat khilaf dan salah sedikitpun, tidak haus kekuasaan, dan
tidak serakah terhadap harta dan kepentingan kalian! Karena itu, kenapa kalian
tidak menerima perintah dan ketetapan Allah dan kalian mencari undang-undang
yang hanya memenuhi hawa nafsu kalian, yang berisikan khurafat dan khayalan?!
1. Kapan saja manusia keluar dari
lingkungan kebenaran, pasti dia terperangkap dalam
lingkungan jahiliah, sekalipun secara zahirnya berilmu dan berpendidikan
tinggi. Karena itu tanda-tanda orang berilmu yang sebenarnya ialah memahami
hakikat dan menerimanya dengan ikhlas.
2. Tanda-tanda iman yang sebenarnya
ialah menerima dengan ikhlas undang-undang samawi. Mereka yang berpaling
kepada undang-undang buatan manusia, maka ia ragu pada imannya.
3. Kita harus hati-hati terhadap pengaruh
kebudayaan musuh. Karena musuh dengan berbagai makar beruapaya menjerat
orang-orang Mukmin dan para pemimpin masyarakat Islam, sehingga melalui cara
lunak mereka dapat memperdaya para pemuda.
4. Penyebab kekafiran adalah dosa, bukan
karena kekurangan dan kesalahan Islam.
12. Ayat
al an’am 153
( 153) وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن
سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِه لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kalian mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepada kalian agar kalian
bertakwa. (al-An’aam: 153)
Asbabun nuzul
Ayat ini diturunkan
oleh Allah bahwasanya umat Islam hendaknya bersatu dan jangan mengikuti yang
lain selain Allah agar umat tidak bercerai berai.
Kandungan
ayat
Ayat
ini pun mengajak umat Islam kepada persatuan dan melarang perpecahan, bersatu
di jalan Allah dan jangan berpecah-belah dengan mengikuti jalan-jalan lainnya.
Jalan Allah tersebut bukanlah satu organisasi, partai, kelompok atau
firqah-firqah tertentu. Melainkan jalan yang Allah gariskan melalui lisan
Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم.
Ibnul Qayyim رحمه الله
menerangkan makna jalan Allah yang lurus sebagai berikut: “Dia adalah
jalan Allah yang Allah telah gariskan untuk hamba-hambaNya. Jalan yang akan menyampaikan
mereka kepada Allah dan tidak ada jalan lain selain itu. Bahkan seluruh jalan
berakhir kepada makhluk, kecuali satu jalan yang telah digariskan melalui lisan
para rasulnya, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah dan menyendirikan rasul
dalam ittiba’ (ikutan)”. (Fathul Majid, Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh, hal. 24)
13. surat Al-A`raaf ayat 52
( 52 ) وَلَقَدْ
جِئْنَاهُم بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ
“Dan sesungguhnya kami telah mendatangkan
sebuah kitab (Al-Qur`an) kepada mereka yang kami telah menjelaskannya atas
dasar Pengetahuan kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.”
Asbabun
nuzul
Diriwayatkan dari orang-orang terdahulu yang
masih banyak menyimpang dan musyrik . allah pun menurunkan ayat ini untuk
menjelaskan dan mengingatkan kembali bahwa telah datang Alquran sebagai
petunjuk
Kandungan
Ayat
Ayat ini dengan sendirinya menjelaskan bahwa
masyarakat manusia, di sini dikhususkan masyarakat orang yang beriman, mestilah
tunduk kepada peraturan. Peraturan Yang maha Tinggi ialah Peraturan Allah.
Inilah yang wajib ditaati. Allah telah menurunkan peraturan itu dengan mengutus
Rasul-rasul, dan penutup segala rasul ialah Nabi Muhammad SAW. Rasul-rasul
membawa undang-undang Tuhan yang termaktub di dalam Kitab-kitab suci, Taurat,
Zabur, Injil dan al-Qur’an.
14.
QS
.Al A,raf ayat 96
( 96 ) وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ
آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( QS .Al A,raf ayat 96)
Asbabun nuzul
Diriwayatkan
kepada orang-orang terdahulu yang pendusta ajaran agama, yang banyak menyimpang
dari ajaran al quran dan as sunnah maka turunlah ayat ini untuk menjelaskan
akibat dari perkara ini.
Kandungan Ayat
Setelah
Allah menjelaskan sunnah-Nya terhadap umat-umat terdahulu, yaitu ditimpakannya
siksaan dan kesengsaraan terhadap mereka setelah mereka mendustakan
(ayat-ayat-Nya) dan membangkang. Kemudian bila umat-umat tersebut belum juga
bertaubat dan terus berjibaku dalam kekufuran dan pembangkangannya, Dia akan
melimpahkan berbagai kebaikan untuk mereka berupa harta yang banyak dan kondisi
ekonomi yang baik, lalu secara tiba-tiba Dia membinasakan mereka sehingga
jadilah mereka setelah itu manusia-manusia yang merugi di dunia dan akhirat.
Jika
kita percaya kepada Allah dan mau belajar dengan siapapun, Allah pasti
membukakan pintu berkah dari langit dan bumi. Pintu berkah? Ya, pintu rezeki
dan pintu ilmu pengetahuan! Dengan semua itu, kita akan mudah mengatasi
kesulitan. Sebaliknya jika sombong dan tidak mau belajar, kita tidak akan bisa
mengatasi kesulitan.
1.
Allah Yang Maha Pengasih menawarkan rahmat-Nya kepada para
hamba-Nya dan tidak meminta yang lebih-lebih dari mereka selain iman dan takwa
2.
Diharamkan bersikap lalai dan wajib ingat dan waspada
3.
Diharamkan bersikap merasa aman dari Makar Allah
4.
Bila suatu umat merasa aman-aman saja dari Makar Allah, maka
hendaklah mereka bersiap-siap menyambut
penyesalan dan datangnya suatu azab yang pasti datang
5.
Wajib mengambil pelajaran dari apa yang dialami orang-orang
terdahulu, yaitu dengan tidak melakukan faktor-faktor yang menyebabkan
kebinasaan mereka.
15. QS Al anfaal : 73
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا
تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
73. “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian
mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai para muslimin)
tidak melaksanakan apa yang Telah diperintahkan Allah itu*, niscaya akan
terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”(al-Anfaal: 73)
Asbabun
Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abusy Syaikh,
dari as-Suddi yang bersumber dari Abu Malik bahwa seorang Mukmin bertanya
tentang pemberian harta waris kepada anggota keluarga yang termasuk kaum
musyrikin. Maka turunlah ayat ini (al-Anfaal: 73) yang menegaskan bahwa kaum
musyrikin selalu saling membantu dengan sesama musyrikin, dan kaum Muslimin pun
harus saling membantu dengan sesama Muslimin. Oleh karena itu kaum Muslimin
tidak dibenarkan menyerahkan harta waris kepada mereka.
Kandungan
Ayat
*yang dimaksud dengan apa yang Telah
diperintahkan Allah itu: keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum
muslimin. Dan kita adalah saudara dan hendaklah saling melindungi satu sama
lain agar terhindar dari kekacauan maupun kerusakan.
16.
QS Yunus 98.
( 98 ) فَلَوْلَا كَانَتْ
قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا
كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ
إِلَىٰ حِينٍ
Artinya : Dan mengapa tidak ada
(penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfa'at kepadanya
selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman, Kami hilangkan
dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan
kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. QS Yunus 98.
Kandungan ayat
Ayat
ini menerangkan bahwa sikap yang paling baik dilakukan oleh suatu kaum ialah
bila seorang Rasul menyeru kepada mereka untuk beriman kepada Allah swt. dengan
mengemukakan bukti-bukti kebenaran seruannya itu, lalu mereka berkenan
menyambut seruan Rasul itu dengan beriman dan melaksanakan risalah yang
dibawanya. Iman yang seperti itu adalah iman yang bermanfaat dan menguntungkan
diri, karena iman itu dilakukan di saat seseorang dalam keadaan sanggup memikul
beban yang dipikulkan Allah kepadanya (taklif). Seorang manusia ada yang dalam
keadaan taklif dan ada pula yang dalam keadaan tidak taklif. Iman berfaedah
bagi seseorang bila dilakukannya dalam keadaan taklif dan iman itu tidak
berfaedah bagi seseorang bila dilakukannya dalam keadaan tidak taklif.
Asbabun nuzul
Di
kalangan bangsa-bangsa terdahulu, hanya kaum Nabi Yunus as yang masyarakatnya
telah menyaksikan tanda-tanda turunnya azab, sehingga mereka sempat menyatakan
taubat dan berserah diri. Tuhan pun menerima taubat mereka dan sekali lagi
Allah memberi kesempatan kepada mereka. Sebagaimana yang tersebut dalam
sejarah, Nabi Yunus as setelah bertahun-tahun bertabligh, membimbing dan
menyeru umatnya ke jalan yang lurus dan tauhid, hanya dua orang yang menyatakan
beriman kepada beliau. Hingga akhir usia beliau Nabi Yunus as merasa putus asa
dalam memberi petunjuk kepada masyarakat, beliau pun berlepas tangan dan
mengutuk mereka, lalu meninggalkan masyarakat. Sebagaimana umumnya doa para
nabi diterima oleh Allah Swt, sehingga mengakibatkan turunnya azab
17. ( QS Hud ayat 117 )
117 ) وَمَا
كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
Artinya : Dan Tuhanmu sekali-kali
tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya
orang-orang yang berbuat kebaikan
Asbabun nuzul
Ayat
ini turun untuk memperjelas bahwasanya Allah Yang Maha Kuasa tidak akan
membinasakan negeri yang didalam penduduknya adalah orang-orang yang selalu
berada dalam kebenaran dan kebaikan.
Kandungan Ayat
memberikan
nasehat kepada kita semua, bagaimana kita dan masyarakat kita bisa
menghindarkan diri kebinasaan. Bahwasanya umat-umat yang saleh dan selalu
berbuat kebajikan dan kebenaran akan terhindar dari kebinasaan yang dzalim.
Jadi, jadilah warga negara yang baik dan selalu mengerjakan kebaikan.
18. Al-Israa ayat 9
( 9 ) إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُم أَجْرًا كَبِيرً
“Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Asbabun nuzul
Sebab turunnya ayat ini bahwasanya telah jelas Al Quran adalah
petunjuk ke jalan kebenaran tentang bagaimana umat manusia berproses di
dunianya dengan baik dan tidak menyimpang dari ajaran .
Kandungan Ayat
Dari terjemahan ayat diatas, dijelaskan dan dapat dipastikan bahwa
Al-Qur`an merupakan satu-satunya jalan yang akan membawa kita kepada jalan
kebenaran. Proses berbangsa dan bernegara dalam kaitannya dengan ayat di atas
dapat memberikan gambaran tentang bagaimana kita harus bersikap dan berperilaku
`19. Qs An Nur: 55)
( 55 ) وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ
وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
” Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (Qs An Nur: 55)
Asbabun nuzul
Diriwayatkan oleh al-Hakim –menurut al-Hakim
hadits ini sahih- dan ath-Thabarani, yang bersumber dari Ubay bin Ka’b bahwa
ketika Rasulullah saw. bersama shahabat-shahabatnya (penduduk Mekah) sampai di
Madinah, dan disambut serta dijamin keperluan hidupnya oleh kaum Anshar, mereka
tidak melepaskan senjatanya siang dan malam, karena selalu diincar oleh kaum
kafir Arab Madinah. Mereka berkata kepada Nabi saw.: “Kapan tuan dapat melihat
kami hidup aman dan tenteram tiada takut kecuali kepada Allah.” Ayat ini
(an-Nuur: 55) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai jaminan dari
Allah swt. Bahwa mereka akan dianugerahi kekuasaan di muka bumi ini.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari al-Barra’ bahwa ayat ini (an-Nuur: 55) turun ketika kaum Muslim merasa
tidak tenteram (karena kepungan musuh).
Kandungan ayat
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: Al Khilafah atas dasar kebenaran dan
keadilan pada akhirnya akan kembali kepangkuan orang orang beriman dan beramal
shaleh. Karena salah satu sifat seorang pemimpin adalah beriman dan beramal
shaleh. Dan tugasnya utamanya ialah menciptakan keamanan dan menghilangkan rasa
takut serta mempasilitasi rakyatnya untuk beribadah kepada Allah SWT swt secara
total
Ayat 55 ini adalah inti tujuan peruangan hidup. Dan inilah janji
dan pengharapan yang telah dikemukakan Tuhan bagi setiap mu'min dalam
perjuangan menegakkan kebenaran dan Keyakinan di permukaan bumi ini.
Dan pokok pendirian mesti dipegang teguh dan sekali-kali jangan dilepaskan , baik keduanya atau salah satu di antara keduanya. Pertama ialah iman, atau kepercayaan , kedua ialah amal shalih , perbuatan baik, bukti dan bakti.
Kalau iman tidak ada haluan pekerjaan tidaklah tentu arahnya entah berakibat baik ataukah berakibat buruk. Iman sebagai telah berkali-kali diterangkan adalah pelita yang memberi cahaya dalam hati , menyinar cahaya itu keluar dan dapatlah petunjuk , sehingga nyatalah apa yang akan dikerjakan. Oleh sebab itu iman dengan sendirinya menimbulkan amal yang shalih. Banyak pula amalan yang shalih dikerjakan , tetapi jika tidak timbul daripada iman , bercampur-aduklah di antara yang haq dengaan yang batil. Tetapi kalau keduanya telah berpadu satu , amal shalih timbul dari iman dan iman menimbulkan amal , terdapatlah kekuatan peribadi , baik orang seorang ataupun pada masyarakat mu'min itu , maka kepada orang-orang atau masyarakat seperti inilah Tuhan menjanjikan bahwa mereka akan diberi warisan kekuasaan di permukaan bumi ini.
shalat, selalu menyelesaikan segala urusan
keduniaan dengan musyawarah, menegakkan prinsip-prinsip musyawarah,
memanfaatkan rezeki yang dikaruniakan oleh Allah selalu dinafkahkan
(dikeluarkan) untuk jalan Allah swt, maka balasannya di sisi Allah itu lebih
baik dan lebih kekal, yaitu berupa kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang
abadi di dalam surga, termasuk juga bagi orang-orang yang taat kepada Tuhan
mereka.
20. Surah Al-Furqaan: 67
( 67 ) وَالَّذِينَ
إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ
قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. “
Asbabun
nuzul
Diriwayatkan pada zaman Rasulullah, masyarakat
hidup demi mencukupi kebutuhan hidupnya, terlalu boros dan seakan-akan merasa
miskin jika menyedehkahkan hartanya sebahagian. Turunlah ayat ini untuk
menjelaskan hal demikian.
Kandungan
ayat
Maka sebaik-baik perkara adalah yang
tengah-tengah. Dan kesimpulannya adalah,
apabila seorang hamba mendapati harta yang dia infaqkan (belanjakan) pada
perkara yang ma’ruf dan dengan cara yang baik, maka (yakinlah) apa yang di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala (harta yang diinfaqkan) lebih terjamin keberadaannya,
ketimbang yang ada di tangannya (yang disimpan dan tidak diinfaqkan). Dan jika
seorang tidak memiliki harta, maka hendaknya ia selalu qana’ah dan menjauhkan
diri dari meminta-minta dan tidak tamak (rakus)
21. Surah
Asysyuura: 38
( 38 ) وَالَّذِينَ
اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. “
Kandungan
Ayat
Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa
sesuai petunjuk Al Quran, Rasulullah Saw mengembangkan budaya musyawarah
dikalangan para sahabatnya. Beliau sendiri meski seorang Rasul, amat gemar
berkonsultasi dengan para pengikutnya dalam soal-soal kemasyarakatan. Tetapi
dalam berkonsultasi Rasulullah Saw tidak hanya mengikuti satu pola saja. Kerap
kali beliau bermusyawarah hanya dengan beberapa sahabat senior. Tidak jarang
pula beliau hanya meminta pertimbangan dari orang-orang ahli dalam hal yang
dipersoalkan atau profesional. Terkadang beliau melempar masalah-masalah kepada
pertemuan yang lebih besar, khususnya masalah-masalah yang mempunyai dampak
yang luas bagi kepentingan masyarakat.
Disamping itu dapat
dipahami pula bahwa orang-orang yang memiliki komitmen dalam ketaatan memenuhi
seruan Allah, yaitu selalu menegakkan
22. Surah
Alhujuraat: 9
(
9 ) وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا
عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ
اللَّهِ ۚ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan
jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali
(kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan
berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Asbabun nuzul
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan Ibnu
Jarir, yang bersumber dari abu Malik bahwa ada dua orang dari kaum Muslimin
yang bertengkar satu sama lain. Kemudian marahlah para pengikut kedua kaum itu
dengan menggunakan tangan dan sendal. Ayat ini (al-Hujurat: 9) turun sebagai
perintah untuk menghentikan perkelahian dan menciptakan perdamaian.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi
Hatim, yang bersumber dari as-Suddi bahwa seorang laki-laki Anshar yang bernama
‘Imran, beristrikan Ummu Zaid. Ummu Zaid bermaksud ziarah ke rumah keluarganya,
akan tetapi dilarang oleh suaminya, bahkan dikurung di atas loteng. Ummu Zaid
mengirim utusan kepada kelauarganya. Maka datanglah kaumnya menurunkannya dari
loteng untuk dibawa ke rumah keluarganya
Suaminya (‘Imran) meminta tolong kepada
keluarganya. Maka datanglah anak-anak pamannya mengambil kembali istrinya dari
keluarganya. Dengan demikian terjadilah perkelahian, pukul-memukul dengan
menggunakan sendal untuk memperebutkan Ummu Zaid. Maka turunlah ayat ini
(al-Hujurat: 9) berkenaan dengan peristiwa tersebut. Rasulullah saw. mengirim
utusan kepada mereka untuk mendamaikan perselisihan mereka. Akhirnya merekapun
tunduk kepada perintah Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber
dari Qatadah bahwa ayat ini (al-Hujurat: 9) turun berkenaan dengan dua orang
Anshar yang tawar-menawar dalam memperoleh haknya. Salah seorang mereka
berkata: “Aku akan mengambilnya dengan kekerasan, karena aku mempunyai banyak
kawan. Sedangkan satunya lagi mengajak untuk menyerahkan keputusannya kepada
Rasulullah saw. Orang itu menolak, sehingga terjadi pukul-memukul dengan sandal
dan tangan, akan tetapi tidak sampai terjadi pertumpahan darah. Ayat ini
(al-Hujurat: 9) memerintahkan supaya melawan orang yang menolak perdamaian.
Kandungan
ayat
Ayat
ini membuktikan bahwa jika dalam suatu kelompok terdapat orang-orang mukmin dan
sebagian kecil orang munafik maka kelompok tersebut masih disebut sebagai
kelompok kaum mukminin. Dari sini dapat diterima bahwa walaupun di dalam
kelompok Muawiyah terdapat orang yang munafik maka itu tidak bertentangan
dengan hadis Imam Hasan
23. Surah
Alhujuraat: 10
( 10 ) إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. “
Asbabun nuzul
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur dan Ibnu Jarir dari Abi Malik
bahwasanya ada dua orang dari kaum Ansar yang berselisih hingga keduanya saling
beradu fisik.
Kandungan
ayat
Bahwa orang yang mukmin atau beriman itu semuanya adalah
bersaudara, yaitu saudara seiman. Karena kita orang-orang yang beriman saling
bersaudara maka wajib hukumnya untuk saling menjaga saling silaturahmi dan
perdamaian antar manusia, dan juga patuh dan tunduklah kepada Allah dan lakukan
itu semua hanya karena Allah supaya kita semua senantiasa mendapat rahmat
dari-Nya dalam hidup ini.
24. Surah
Alhujuraat: 11
( 11 ) يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا
خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا
مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ
بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
Asbabun nuzul
·
Diriwayatkan di dalam kitab Sunan yang empat
(sunanu Abi Dawud, sunanut Tirmidzi, sunanun Nasaa’i, sunanubni Majah) yang
bersumber dari Abu Jubair adl-Dlahak. Menurut at-Tirmidzi hadits ini hasan.
Bahwa seorang laki-laki mempunyai dua atau tiga nama. Orang itu sering
dipanggil dengan nama tertentu yang tidak dia senangi. Ayat ini (al-Hujurat:
11) turun sebagai larangan menggelari orang dengan nama-nama yang tidak
menyenangkan.
·
Diriwayatkan oleh al-Hakim, yang bersumber dari
Abu Jubair bin adl-Dlahak bahwa nama-nama gelar di zaman jahiliyah sangat
banyak. Ketika Nabi saw. memanggil seseorang degan gelarnya, ada orang yang
memberitahukan kepada beliau bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah
ayat ini (al-Hujurat: 11) yang melarang memanggil orang dengan gelar yang tidak
disukainya.
Kandungan ayat
Dalam ayat-ayat yang
lalu, Allah SWT menerangkan bagaimana seharusnya sikap dan akhlak orang-orang
mukmin terhadap nabi SAW dan terhadap orang-orang munafik, maka pada ayat
berikut ini Allah menjelaskan bagaimana sebaiknya pergaulan orang-orang mukmin
di tengah-tengah kaum mukminin sendiri. Di antaranya, mereka dilarang
memperolok-olokan saudara-saudaranya mereka, memanggil-manggil mereka dengan
gelar-gelar yang buruk dan berbagai tindakan yang menjurus kea rah permusuhan
dan kedzaliman.
25. Surah
Alhujuraat:13
( 13 ) يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. “
Asbabun
nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersuber
dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa fat-hu Makkah (penaklukan kota Mekah), Bilal naik
ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan azan. Beberapa orang berkata: “Apakah
pantas budak hitam ini azan di atas Ka’bah ?” Maka berkatalah yang lain:
“Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Dia akan menggantinya.” Ayat ini
(al-Hujurat: 13) turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada
diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir di dalam kitab
Mbhamaat-nya (yang ditulis tangan oleh Ibnu Basykuwal), yang bersumber dari Abu
Bakr bin Abin Dawud di dalam tafsir-nya bahwa ayat ini (al-Hujurat: 13) turun
berkenaan dengan Abu Hind yang akan dikawinkan oleh Rasulullah saw. kepada
seorang wanita Bani Bayadlah. Bani Bayadlah berkata: “Wahai Rasulullah,
pantaskah kalau kami mengawinkan putri-putri kami kepada bekas budak-budak kami
?” Ayat ini (al-Hujurat: 13) turun sebagai penjelasan bahwa dalam Islam tidak
ada perbedaan antara bekas budak dan orang merdeka.
Kandungan ayat
Ayat ini mengisyaratkan bahwa: seorang pemimpin harus memahami sosiologis
dan antropologis rakyatnya, sehingga ia betul betul memahami watak dan karakter
rakyat yang dipimpinnya. Jadi tugas dari pemimpin tersebut ialah mengelola
perbedaan dan keragaman rakyatnya sebagai aset dan kekuatan Negara. Tugas
pemimpin bukanlah memaksakan kebersamaan dan persamaan. Namun, untuk mengelola
perbadaan dan keragaman. Perbedaan suku, ras dan apapun di kalangan rakyat
seyogyanya menjadi ladang kompetisi untuk menjadi mulia dan bertaqwa di sisi
Allah SWT, dan yang paling berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif
untuk itu adalah pemimpin.
26. Surah
Almujaadilah:11
( 11 ) يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Asbabun
Nuzul
QS. Al-Mujadalah ayat 11 ini, diriwayatkan oleh
Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia mengatakan bahwa pada suatu hari
yaitu hari Jum’at, Rasulullah Saw berada di Shuffah mengadakan pertemuan di
suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati pahlawan perang Badar yang
terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa pahlawan perang Badar ini
terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais, sehingga mereka berdiri diluar
ruangan. Mereka mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Ayyuhan Nabi Wabarakatuh”,
lalu Nabi menjawabnya. Mereka pun mengucapkan sama kepada orang-orang yang terlebih
dahulu datang, dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap
berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang
memperdulikannya. Melihat keadaan tersebut, Rasulullah menjadi kecewa lalu
menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada
yang berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang
munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi, sambil mengatakan “Demi
Allah, Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih dahulu datang dengan maksud
memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan
kepada orang yang terlambat datang”. Lalu turunlah ayat ini.
Kandungan Ayat
A. Suruhan untuk
memberikan kelapangan kepada orang lain dalam majelis ilmu, majelis zikir, dan
segala majelis yang sifatnya menaati Allah SWT dan rasul-nya.
B. Apabila disuruh bangun
untuk melakukan hal-hal yang baik dan diridai Allah, maka penuhilah suruhan
tersebut dengan segera dan dengan cara yang sebaik-baiknya.
C. Allah SWT mengangkat orang-orang
beriman atas orang-orang yang tidak beriman beberapa derajat tingginya, dan
Allah SWT mengangkat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan atas
orang-orang yang beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan beberapa derajat
tingginya. Ringkasnya Allah SWT meninggikan derajar orang-orang beriman,
teristimewa orang-orang beriman lagi berilmu pengetahuan.
27.
(al-Mujadalah: 22)
( 22 ) لَّا
تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ
حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ
إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ
الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ اللَّهِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
22. Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman
pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah
orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya
mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari Ibnu Syaudzab bahwa ayat ini (al-Mujadalah: 22) turun berkenaan dengan Abu
‘Ubaidah bin al-Jarrah (seorang shahabat Rasulullah saw) yang membunuh bapaknya
(dari golongan kafir Quraisy) dalam peperangan Badr. Ayat ini (al-Mujadalah:
22) menegaskan bahwa seorang Mukmin akan mencintai Allah melebihi cintanya
kepada sanak keluarganya sendiri.
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dan al-Hakim di
dalam Kitab al-Mustadrak bahwa di dalam perang Badr bapak Abu ‘Ubaidah
menyerang dan ingin membunuh anaknya (Abu ‘Ubaidah). Abu ‘Ubaidah berusaha
menghindar diri dengan jalan menangkis dan mengelakkan segala senjata yang
ditujukan kepada dirinya. Tapi Abu ‘Ubaidah akhirnya terpaksa membunuh
bapaknya. Ayat ini (al-Mujadalah: 22) turun berkenaan dengan peristiwa
tersebut, yang melukiskan bahwa cinta Mukmin kepada Allah akan melebihi
cintanya kepada orang tuanya.
Kandungan
Ayat
yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan
bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain lain.
28. (QS. Ash-Shaf, 61:4)
( 4 ) إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم
بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS.
Ash-Shaf, 61:4)
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan
bahwasanya Allah mencintai hamba yang selalu berjihad di jalan-Nya .
Bangsa terdahulu mereka tidak suka berperang di atas kuda. Mereka lebih
suka berperang di atas muka bumi. Setelah turun surat Shaaf ini, mereka lebih
suka jalan kaki.
Kandungan ayat
- Pengajaran dari Allah bagi orang-orang mukmin, bagaimana saat mereka memerangi musuh-musuh mereka,
- secara fisik: merapatkan barisan >> lebih dekat pada keberanian, apabila jarang-jarang ada takut.
- Di dalam jamaah yang bergabung denagn yang berani (dekat yang berani), maka keberanian akan menular >> seperti halnya pemimpin yang berani, mampu menularkan semangat dan keberaniannya.
- Tidak boleh keluar dari barisan (perang) kecuali karena hajat, 2 hal:
- orang maju ke depan >> orang lain menjadi bersemangat >> maka ini diperbolehkan. Namun, kalau hanya berani, dan tidak mampu mempengaruhi pasukan >> maka tidak diperbolehkan.
- mubarazah >> orang kafir minta untuk dilakukan perang tanding.
- Bersatu untuk berjihad di jalan Allah. Dalam hal ini, meski seseorang pintar, alim, lalu dakwah sendiri, tidak mau bergabung >> tidak boleh. Mustinya suatu saat, para ulama bersatu >> kalau ingin dicintai Allah >> saat Allah sudah cinta maka dikabulkan apa yang menjadi cita-cita.
·
Makna ayat tersebut secara harfiah adalah orang yang jihad di jalan Allah
dengan merapatkan shof.
·
Imam Ibnu Katsir rhm:
·
Mereka mendirikan sholat di mana mereka mendapatnya walaupun di atas
hewannya. (H.R. Abu Hakim)
·
Maksudnya adalah Allah mencintai orang yang menjaga sholatnya, tidak
menunda waktu sholat.
·
Said bin Jubair r.a.:
·
Di dalam sholat berjamaah, Allah menyukai saat kita merapikan shof.
Ayat ini mengisyaratkan kepada kaum muslimin
agar mereka menjaga persatuan yang kuat dan kesatuan yang kokoh, memberi
semangat yang tinggi, suka berjuang dan berkorban di dalam kalangan kaum
muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar