Masa
kemajuan/Kejayaan Pendidikan Islam
Daulah
Abbasiyah berkuasa selama 524 tahun yaitu dari tahun 132 – 556 H/ 750 – 1258 M.
Sistem Bani Abbasiyah meniru cara Umayyah. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah
diletakkan oleh khalifah kedua, yaitu Abu Ja’far al-Mansyur. Sistem politik
Abbasiyah yang dijalankannya antara lain; Para Daulah tetap dari turunan Arab
murni, kota Bagdag sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat kegiatan politik,
ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, kebebasan
berpikir dan HAM pernah diakui penuh, dan para menteri turunan Persia diberi
hak penuh dalam menjalankan pemerintahan. Sedangkan sistem sosial
kemasyarakatan terjadi perubahan yang sangat menonjol, diantaranya adalah :
1. Tampilanya
kelompok Mawali yang menduduki peran dan posisi penting di pemerintahan.
2. Masyarakat
terdiri dari dua kelompok, yaitu :
a. Kelompok
khusus, yaitu Bani Hasyim, pembesar negara, bangsawan yang bukan Bni Hasyim.
b. Kelompok
umum, yaitu seniman, ulama, pengusaha, pujangga dan lain-lain.
3. Di
dalam kekuasaan Daulah Abbasiyah terdapat bangsa yang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab, Irak,
Persia, Turki)
4. Lahirnya
keturunan baru akibat dari terjadinya perkawinan campuran dari berbagai bangsa.
5. Lahirnya
kebudayaan baru akibar dari terjadinya pertukaran pikiran dan budaya yang
dibawa oleh masin-masing bangsa.
Perkembangan
pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah
1. Faktor-faktor
yang mendorong kemajuan pendidikan
a. Adanya
kekayaan yang melimpah dari hasil kharaj,
baik pertanian maupun perdagangan. Dengan dana dari kekayaan tersebut para
khalifah dapat dengan mudah merealisir perencanaannya didalam dan diluar
negeri, serta pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Perhatian
beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti ; al Mansyur (754
– 775M), al Mahdi (775 – 785M), Harun al Rasyid (785 – 809), al Ma’mun (813 –
833), al Wathiq (824 – 847) dan al Mutawakkil (847 – 861M). Tak kalah
pentingnya ialah pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balkh ( Bactra ),
pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Persia. Keluarga Barmak ini
mempunyai pengaruh dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di
Bagdag. Mereka di samping menjadi Wazir juga menjadi pendidik dari anak-anak
Khalifah.
c. Kecenderungan
umat Islam di dalam menggali mengembangkan ilmu pengetahuan besar sekali, maka
banyaklah ulama di setiap kota Islam pada masa itu.
d. Kondisi
masyarakat Irak, yang mendesak perlunya suatu ilmu baru karena sungai Dajlah
dan Furat menuntut penataan sistem pengairan yang lebih baik serta pengelolaan
perpajakan yang lebih sempurna.
e. Umat
Islam pada masa itu telah bercampur baur dengan orang-orang Persia, terutama Mawali, mereka inilah yang memindahkan
ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahasa mereka ke dalam bahasa Arab.
f. Bagdag
sebagai pusat pemerintahan, lebih dahulu maju dalam ilmu pengetahuan, dari pada
Damaskus pada masa itu.
g. Lancarnya
hubungan kerjasama, dengan negara-negara maju lainnya seperti ; India,
Bizantium, dan sebagainya.
Dari ketujuh faktor di atas, nampaknya
yang pertama, kedua dan ketiga merupakan faktor yang paling menentukan,
sedangkan faktor-faktor yang lainnya hanya merupakan penunjang saja. Sekalipun
demikian, keterkaitan satu dengan yang lainnya juga turut berpengaruh.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa Daulah Abbasiyah
Kemajuan yang dicapai oleh Daulah
Abbasiyah, khususnya dalam bidang ilmu merupakan puncak kejayaan Islam
sepanjang sejarah. Hal ini disebabkan karena : (1) situasi dan kondisi yang
sangat menunjang, (2) keterlibatan semua pihak secara ikhlas dan sungguh-sungguh,
(3) adanya kemerdekaan dan kebebasan berpikir membuat umat Islam menjadi sangat
dinamis dan kreatif, jauh dari sikap fatalis dan taklid. Perkembangan ini juga
membawa Daulah Abbasiyah ke tempat utama dan terhormat dalam kebudayaan,
peradaban serta dunia pemikiran atau filsafat.
Pada masa ini telah dilahirkan
ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Iman Syafe’i, dan Imam
Ibn Hambal dalam bidang hukum, Imam al Asy ‘ari, Imam al Maturidi,
pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil ibn Atha, Abu al Huzail, al Nazzam dan
al Jubba’i dalam bidang teologi, Zunnun al Misri, Abu Yazid al Bustami, dan al
Hallaj dalam bidang mistisisme atau al tasawwuf, al Kindi, al Farabi, ibn Sina,
dan ibn Maskawaih dalam bidang filsafat, dan ibn Al Hazam, ibn Hayyan, al
Khawarizmi, al Mas’udi dan al Razi dalam bidang ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu yang Tumbuh dan
Berkembang pada Masa Daulah Abbasiyah
1. Ilmu-ilmu
Agama
a. Ilmu
Tafsir
Tumbuh
dan berkembangnya ilmu tafsir dalam abad ke tiga Hijriah dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar yang mendesak, untuk memahami arti dan maksud ayat-ayat
al-Qur’an, sebagai akibat semakin bertambah banyaknya pemeluk Islam yang bukan
Arab.
b. Ilmu
Hadist
Pembukuan
Hadist secara lebih sempurna, baru mulai dilakukan pada masa ini. Beberapa
karya besar yang terkenal seperti Shahih al Bukhari, Shahih al-Muslim, Sunan
Ibn Majah, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasai dan al Muwatha’
oleh Imam Malik.
Karya-karya
yang datang kemudian lebih banyak bersumber dari kitab-kitab tersebut. Kalaupun
ada yang mengadakan pengumpulan atau penulisan langsung, sedikit sekali
jumlahnya.
c. Ilmu
Qira’a
Lahirnya
ilmu ini karena adanya perbedaan lahjat di dalam membaca al-Qur’an antara
orang-orang Arab dengan orang Islam yang bukan Arab, perbedaan huruf al-Qur’an
pada mushaf Usman yang tidak bertitik dan berbaris. Dalam keanekaragaman
itulah, tampil Harun Ibn Musa al-Bashini (w. 170 H) sebagai orang pertama yang
membahas bacaan dari segi dasar dan sanad yang dianut masing-masing.
d. Ilmu
Kalam
Ilmu
ini secara praktis, sesungguhnya telah ada sebelumnya, namun barulah merupakan
suatu ilmu yang berdiri sendiri dengan pembahasan yang sistematis dan mendalam
pada masa Daulah Abbasiyah ini.
Munculnya
ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan masuknya bangsa-bangsa yang telah berperdaban
ke dalam Islam, yang menuntut menjelaskan aqidah Islamiah, tidak cukup dengan
dasar-dasar logika dan pemikiran filsafat saja.
Selain
itu, dimaksudkan pula untuk mempertahankan Islam dari serangan luar dan
sekaligus membawa perubahan besar dalam sejarah pemikiran aqidah Islam.
Mutakallim
yang terkenal pada masa itu, antara lain seperti : Washil ibn Atha’, Amr ibn
Ubaid pelopor aliran Mu’tazilah, Abu Hasan al-Asy’ari, Al Juwaini pemuka aliran
Asy’ariyah dan masih banyak lagi yang lainnya.
Suatu
hal yang perlu dicatat adalah bahwa kaum mutakallim, khususnya Mu’tazilah,
telah berhasil mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Masehi, dengan
menggunakan ilmu kalam ini. Turut pula mempengaruhi perkembangan ilmu kalam karena
khalifah al-Ma’mun yang sangat tertarik pada kemerdekaan berpikir. Hal inilah
antara lain mendorong hidup suburnya Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat di dalam
Islam.
e. Ilmu
Fiqh
Munculnya
ilmu ini sehubungan dengan timbulnya berbagai masalah di kalangan umat Islam
pada abad kedua Hijriah. Jarak antara lahirnya Islam dengan Daulah Abbasiyah
cukup jauh. Dalam hal semacam ini diperlukan adanya kepastian syara’ sehubungan
dengan masalah-masalah yang timbul dikalangan umat Islam tersebut. Maka
munculla beberapa aliran seperti Al Auziah dan Al Sauriyah, namun aliran ini
tidak bertahan lama, karena ajaran-ajarannya tidak dibukukan dengan baik.
f. Ilmu
Tasawwuf
Orang
pertama yang memakai kata sufi (tasawwuf) adalah Abu Hasyim al-Kufi (w. 150 H).
Imam al-Gazali (w. 502 H) kemudian mengembangkannya melalui karya-karyanya,
antara lain Ihya Ulum al-Din dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya. Mereka
para ahli tasawwuf ini, menyampingkan kehidupan duniawi, hidup dalam
kesederhanaan, karena dengan demikian, mereka akan merasa lebih dekat dengan
Tuhan.
g. Ilmu
Tarikh
Muhammad
ibn Ishak (w. 152 H) yang mula-mula menulis tarikh Nabi Muhammad SAW, kemudian
diringkaskan oleh Ibn Hisyam (w.218 H) dengan bukunya Syarh Ibn Hisyam.
Penulis-penulis tarikh lainnya pada masa ini ialah Ibn Abi Mahruf, Al Waqidi,
Ibn Al Kilbi, Ibn Sa’ad ibn al-Hikam, Ibn Qutaibah dan Nubkhiti.
h. Ilmu
Nahwu
Abu
Al Aswad al Duali yang hidup pada masa Daulah Umayyah, dikenal sebagai peletak
dasar ilmu ini, yang diperolehnya dari Ali ibn Abi Thalib.
Setelah
pemerintahan dipegang oleh Daulah Abbasiyah, perkembangannya semakin pesat lagi. Di Bashrah dibangun madrasah yang
khusus medalami ilmu ini.
2. Ilmu-ilmu
Umum
a. Ilmu
Filsafat
Ilmu ini muncul dan berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah. Ilmu ini diperoleh melalui penterjemahan buku-buku filsafat Yunani
yang terdapat di berbagai negeri, seperti Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan
Persia, dan bahkan dari Yunani sendiri.
Para
cendekiawan muslim bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang
mereka pelajari dan buku-buka Yunani tersebut, tetapi menambah ke dalamnya
hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam lapangan filsafat.
Filosof-filosof
muslim, sebagaimana halnya dengan filosof Yunani, bukan hanya mempunyai sifat
filosof, tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan. Karangan-karangan mereka bukan
hanya terbatas dalam lapangan filsafat saja tetapi juga meliputi berbagai ilmu
pengetahuan.
b. Ilmu
Falak
Orang
pertama menelaah ilmu ini, ialah muhammad ibn ibrahim al-farazi. Diawali dengan
lahirnya buku al-sindu hindu pada masa khalifa al-mansur, kemudian berkembang
pada masa al-ma’mun dengan dibangunnya teropong bintang dan terjemahkannya buku
yunandi al-magiste, karya potelemeus oleh husain ibn ishak.
Pada
masa ini pula dikemukakan teori tentang terjadinya gerhana, dan tidak tampaknya
matahari di daerah kutub. Teori ini telah disempurnakan dengan alat pengukur
dan kecepatan perjalanan bintang atau astrologi.
c. Ilmu
Kedokteran
Ilmu
ini mulai dikenal pada masa Daulah Abbasiyah dengan hadirnya hadirnya George
Bakhtisyu ke istana, atas permintaannya al-Mansur untuk mengobati dirinya.
Banyak sumbangan yang telah diberikan para ilmuawan Muslim dalam bidang ini, baik
dalam aspek ilmu kedokteran maupun seni penyembuhan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
d. Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu
ini dipakai secara praktis, ketika membuat perencanaan pembangunan kota baghdad
pada masa al-manshur. Pada masa al-mahdi, jabir ibn hayyam (721-815 M) telah
menulis ilmu kimia, pertambangan dan batu-batuan yang dimanfaatkan oleh barat
dikemudian hari.
Perkembangan
selanjutnya dilakukan oleh muhammad ibn-ibrahim al-farazi, dengan
menterjemahkan buku matematika sinhind dari india.
Al-khawarizmi,
terkenal pula sebagai ahli matematika yang amat luas pengaruhnya dimasa
pemerintahakan al mu’tasim. Karyanya al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa
al-muqabalah (buku padat ringkas tentang perhitungan retorasi dan ekuasi).
Karya tersebut telah mengabdikan nama beliau sendiri dalam istilah al-qharitma
(sistem notasi aritmatika dengan angka arab 1 dan seterusnya yang dalam konsep
modem disebut logarisma (kaedah untuk pemecahan masalah berhitung tertentu
seperti mencari persekutuan terbesar).
Sistema
al-gharitma tersebut, baru dikenal dieropa, pada abad ke-12M, sebelumnya hanya
dikenal sistem rumawi.
Pada
matematis lainnya yang terkenal yakni, umar al-khayyam, nasir al-din a-tusi dan
lain-lain.
e. Fisika
Ada suatu hal yang merupakan ciri khas dari karya
ahli fisika muslim pada masa itu, yakni terpadunya kepekaan terhadap azas-azas
teori dasar yang mencerminkan kekaguman dan kehormatan terhadap ciptaan tuhan
dengan pendekatan praktis.
Ahli fisika muslim yang terkenal, antara lain
seperti al-birunidan ibn sinayang bekerja sama dalam menganalisa konsep-konsep
fisika pada masa itu, ibn al-haytham (al-hazam) yang memplopori study tentang
gerak dan refraksi atau pembiasaan cahaya dan pendekatan terhadap hukumnya,
dalam karyanya al-munazir (buku optika).
Demikianlah perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan pada masa daulah abbasiyah yang telah mencapai puncaknya, namun
menurut badri yatim, kemajuan yang dicapai abbasiyah tidak terlepas dari usaha
bani umayyah sebagai perintis kemajuan, namun usaha tersebut tidak terfokus,
karena pada masa ini pusat perhatian terfokus kepada pengembangan wilayah
islam. Walaupun kemajuan islam mencapai puncak keemasannya pada daulah
abbasiyah, namun kemunduran juga terjadi pada masa khalifah terakhir. Hal ini
disebabkan bebrapa hal, antara lain:
(1)
Wilayah kekuasaan yang semakin luas.
(2)
Heterogenitas.
(3)
Merajalelahnya budaya PKN.
(4)
Pemberontakan tentara jenissari.
(5)
Merosotnya ekonomi dan.
(6)
Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu
pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar