Senin, 01 Desember 2014

Masa Kemajuan Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi, yaitu periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, periode pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat dan periode pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini yangn ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sanpai dengan jatuhnya Baghdad yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
Pembahasan pada periode kejayaan ini merupakan rangkaian pembahasan sejarah pendidikan Islam. Karena pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah seperti halnya sejarah pendidikan Islam selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya yang saling berhubungan yang mengakibatkan terjadinya rentetan peristiwa serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.
Semoga dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa sejarah khususnya sejarah pendidikan Islam pada masa kejayaan.

B.  Rumusan Masalah
      Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1.      Bagaimana masa kemajuan/kejayaan pendidikan Islam ?

C.    Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan makalah ini, yaitu :
1.      Sebagai bahan diskusi
2.      Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
3.      Menambah ilmu pengetahuan




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Masa  kemajuan/Kejayaan Pendidikan Islam
Masa kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin.
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Daulah Abbasiyah berkuasa selama 524 tahun yaitu dari tahun 132 – 556 H/ 750 – 1258 M. Sistem Bani Abbasiyah meniru cara Umayyah. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua, yaitu Abu Ja’far al-Mansyur. Sistem politik Abbasiyah yang dijalankannya antara lain; Para Daulah tetap dari turunan Arab murni, kota Bagdag sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat kegiatan politik, ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, kebebasan berpikir dan HAM pernah diakui penuh, dan para menteri turunan Persia diberi hak penuh dalam menjalankan pemerintahan. Sedangkan sistem sosial kemasyarakatan terjadi perubahan yang sangat menonjol, diantaranya adalah :
1.      Tampilanya kelompok Mawali yang menduduki peran dan posisi penting di pemerintahan.
2.      Masyarakat terdiri dari dua kelompok, yaitu :
a.       Kelompok khusus, yaitu Bani Hasyim, pembesar negara, bangsawan yang bukan Bni Hasyim.
b.      Kelompok umum, yaitu seniman, ulama, pengusaha, pujangga dan lain-lain.
3.      Di dalam kekuasaan Daulah Abbasiyah terdapat bangsa yang berbeda-beda  (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab, Irak, Persia, Turki)
4.      Lahirnya keturunan baru akibat dari terjadinya perkawinan campuran dari berbagai bangsa.
5.      Lahirnya kebudayaan baru akibar dari terjadinya pertukaran pikiran dan budaya yang dibawa oleh masin-masing bangsa.

B.  Perkembangan pendidikan pada masa Daulah Abbasiyah
1.      Faktor-faktor yang mendorong kemajuan pendidikan
a.       Adanya kekayaan yang melimpah dari hasil kharaj, baik pertanian maupun perdagangan. Dengan dana dari kekayaan tersebut para khalifah dapat dengan mudah merealisir perencanaannya didalam dan diluar negeri, serta pengembangan ilmu pengetahuan.
b.      Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti ; al Mansyur (754 – 775M), al Mahdi (775 – 785M), Harun al Rasyid (785 – 809), al Ma’mun (813 – 833), al Wathiq (824 – 847) dan al Mutawakkil (847 – 861M). Tak kalah pentingnya ialah pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balkh ( Bactra ), pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Persia. Keluarga Barmak ini mempunyai pengaruh dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Bagdag. Mereka di samping menjadi Wazir juga menjadi pendidik dari anak-anak Khalifah.
c.       Kecenderungan umat Islam di dalam menggali mengembangkan ilmu pengetahuan besar sekali, maka banyaklah ulama di setiap kota Islam pada masa itu.
d.      Kondisi masyarakat Irak, yang mendesak perlunya suatu ilmu baru karena sungai Dajlah dan Furat menuntut penataan sistem pengairan yang lebih baik serta pengelolaan perpajakan yang lebih sempurna.
e.       Umat Islam pada masa itu telah bercampur baur dengan orang-orang Persia, terutama Mawali, mereka inilah yang memindahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahasa mereka ke dalam bahasa Arab.
f.       Bagdag sebagai pusat pemerintahan, lebih dahulu maju dalam ilmu pengetahuan, dari pada Damaskus pada masa itu.
g.      Lancarnya hubungan kerjasama, dengan negara-negara maju lainnya seperti ; India, Bizantium, dan sebagainya.
Dari ketujuh faktor di atas, nampaknya yang pertama, kedua dan ketiga merupakan faktor yang paling menentukan, sedangkan faktor-faktor yang lainnya hanya merupakan penunjang saja. Sekalipun demikian, keterkaitan satu dengan yang lainnya juga turut berpengaruh.
C.  Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
Kemajuan yang dicapai oleh Daulah Abbasiyah, khususnya dalam bidang ilmu merupakan puncak kejayaan Islam sepanjang sejarah. Hal ini disebabkan karena : (1) situasi dan kondisi yang sangat menunjang, (2) keterlibatan semua pihak secara ikhlas dan sungguh-sungguh, (3) adanya kemerdekaan dan kebebasan berpikir membuat umat Islam menjadi sangat dinamis dan kreatif, jauh dari sikap fatalis dan taklid. Perkembangan ini juga membawa Daulah Abbasiyah ke tempat utama dan terhormat dalam kebudayaan, peradaban serta dunia pemikiran atau filsafat.
Pada masa ini telah dilahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Iman Syafe’i, dan Imam Ibn Hambal dalam bidang hukum, Imam al Asy ‘ari, Imam al Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil ibn Atha, Abu al Huzail, al Nazzam dan al Jubba’i dalam bidang teologi, Zunnun al Misri, Abu Yazid al Bustami, dan al Hallaj dalam bidang mistisisme atau al tasawwuf, al Kindi, al Farabi, ibn Sina, dan ibn Maskawaih dalam bidang filsafat, dan ibn Al Hazam, ibn Hayyan, al Khawarizmi, al Mas’udi dan al Razi dalam bidang ilmu pengetahuan.
D.  Ilmu-ilmu yang Tumbuh dan Berkembang pada Masa Daulah Abbasiyah
1.      Ilmu-ilmu Agama
a.       Ilmu Tafsir
Tumbuh dan berkembangnya ilmu tafsir dalam abad ke tiga Hijriah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar yang mendesak, untuk memahami arti dan maksud ayat-ayat al-Qur’an, sebagai akibat semakin bertambah banyaknya pemeluk Islam yang bukan Arab.
b.      Ilmu Hadist
Pembukuan Hadist secara lebih sempurna, baru mulai dilakukan pada masa ini. Beberapa karya besar yang terkenal seperti Shahih al Bukhari, Shahih al-Muslim, Sunan Ibn Majah, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasai dan al Muwatha’ oleh Imam Malik.
Karya-karya yang datang kemudian lebih banyak bersumber dari kitab-kitab tersebut. Kalaupun ada yang mengadakan pengumpulan atau penulisan langsung, sedikit sekali jumlahnya.
c.       Ilmu Qira’a
Lahirnya ilmu ini karena adanya perbedaan lahjat di dalam membaca al-Qur’an antara orang-orang Arab dengan orang Islam yang bukan Arab, perbedaan huruf al-Qur’an pada mushaf Usman yang tidak bertitik dan berbaris. Dalam keanekaragaman itulah, tampil Harun Ibn Musa al-Bashini (w. 170 H) sebagai orang pertama yang membahas bacaan dari segi dasar dan sanad yang dianut masing-masing.
d.      Ilmu Kalam
Ilmu ini secara praktis, sesungguhnya telah ada sebelumnya, namun barulah merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri dengan pembahasan yang sistematis dan mendalam pada masa Daulah Abbasiyah ini.
Munculnya ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan masuknya bangsa-bangsa yang telah berperdaban ke dalam Islam, yang menuntut menjelaskan aqidah Islamiah, tidak cukup dengan dasar-dasar logika dan pemikiran filsafat saja.
Selain itu, dimaksudkan pula untuk mempertahankan Islam dari serangan luar dan sekaligus membawa perubahan besar dalam sejarah pemikiran aqidah Islam.
Mutakallim yang terkenal pada masa itu, antara lain seperti : Washil ibn Atha’, Amr ibn Ubaid pelopor aliran Mu’tazilah, Abu Hasan al-Asy’ari, Al Juwaini pemuka aliran Asy’ariyah dan masih banyak lagi yang lainnya.
Suatu hal yang perlu dicatat adalah bahwa kaum mutakallim, khususnya Mu’tazilah, telah berhasil mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Masehi, dengan menggunakan ilmu kalam ini. Turut pula mempengaruhi perkembangan ilmu kalam karena khalifah al-Ma’mun yang sangat tertarik pada kemerdekaan berpikir. Hal inilah antara lain mendorong hidup suburnya Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat di dalam Islam.
e.       Ilmu Fiqh
Munculnya ilmu ini sehubungan dengan timbulnya berbagai masalah di kalangan umat Islam pada abad kedua Hijriah. Jarak antara lahirnya Islam dengan Daulah Abbasiyah cukup jauh. Dalam hal semacam ini diperlukan adanya kepastian syara’ sehubungan dengan masalah-masalah yang timbul dikalangan umat Islam tersebut. Maka munculla beberapa aliran seperti Al Auziah dan Al Sauriyah, namun aliran ini tidak bertahan lama, karena ajaran-ajarannya tidak dibukukan dengan baik.
f.       Ilmu Tasawwuf
Orang pertama yang memakai kata sufi (tasawwuf) adalah Abu Hasyim al-Kufi (w.150H). Imam al-Gazali (w. 502 H) kemudian mengembangkannya melalui karya-karyanya, antara lain Ihya Ulum al-Din dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya. Mereka para ahli tasawwuf ini, menyampingkan kehidupan duniawi, hidup dalam kesederhanaan, karena dengan demikian, mereka akan merasa lebih dekat dengan Tuhan.
g.      Ilmu Tarikh
Muhammad ibn Ishak (w. 152 H) yang mula-mula menulis tarikh Nabi Muhammad SAW, kemudian diringkaskan oleh Ibn Hisyam (w.218 H) dengan bukunya Syarh Ibn Hisyam. Penulis-penulis tarikh lainnya pada masa ini ialah Ibn Abi Mahruf, Al Waqidi, Ibn Al Kilbi, Ibn Sa’ad ibn al-Hikam, Ibn Qutaibah dan Nubkhiti.
h.      Ilmu Nahwu
Abu Al Aswad al Duali yang hidup pada masa Daulah Umayyah, dikenal sebagai peletak dasar ilmu ini, yang diperolehnya dari Ali ibn Abi Thalib.
Setelah pemerintahan dipegang oleh Daulah Abbasiyah, perkembangannya semakin  pesat lagi. Di Bashrah dibangun madrasah yang khusus medalami ilmu ini.

2.      Ilmu-ilmu Umum
a.       Ilmu Filsafat
Ilmu  ini muncul dan berkembang pada masa Daulah Abbasiyah. Ilmu ini diperoleh melalui penterjemahan buku-buku filsafat Yunani yang terdapat di berbagai negeri, seperti Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan Persia, dan bahkan dari Yunani sendiri.
Para cendekiawan muslim bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dan buku-buka Yunani tersebut, tetapi menambah ke dalamnya hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam lapangan filsafat.
Filosof-filosof muslim, sebagaimana halnya dengan filosof Yunani, bukan hanya mempunyai sifat filosof, tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan. Karangan-karangan mereka bukan hanya terbatas dalam lapangan filsafat saja tetapi juga meliputi berbagai ilmu pengetahuan.
b.      Ilmu Falak
Orang pertama menelaah ilmu ini, ialah muhammad ibn ibrahim al-farazi. Diawali dengan lahirnya buku al-sindu hindu pada masa khalifa al-mansur, kemudian berkembang pada masa al-ma’mun dengan dibangunnya teropong bintang dan terjemahkannya buku yunandi al-magiste, karya potelemeus oleh husain ibn ishak.
Pada masa ini pula dikemukakan teori tentang terjadinya gerhana, dan tidak tampaknya matahari di daerah kutub. Teori ini telah disempurnakan dengan alat pengukur dan kecepatan perjalanan bintang atau astrologi.
c.       Ilmu Kedokteran
Ilmu ini mulai dikenal pada masa Daulah Abbasiyah dengan hadirnya hadirnya George Bakhtisyu ke istana, atas permintaannya al-Mansur untuk mengobati dirinya. Banyak sumbangan yang telah diberikan para ilmuawan Muslim dalam bidang ini, baik dalam aspek ilmu kedokteran maupun seni penyembuhan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
d.      Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu ini dipakai secara praktis, ketika membuat perencanaan pembangunan kota baghdad pada masa al-manshur. Pada masa al-mahdi, jabir ibn hayyam (721-815 M) telah menulis ilmu kimia, pertambangan dan batu-batuan yang dimanfaatkan oleh barat dikemudian hari.
Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh muhammad ibn-ibrahim al-farazi, dengan menterjemahkan buku matematika sinhind dari india.
Al-khawarizmi, terkenal pula sebagai ahli matematika yang amat luas pengaruhnya dimasa pemerintahakan al mu’tasim. Karyanya al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah (buku padat ringkas tentang perhitungan retorasi dan ekuasi). Karya tersebut telah mengabdikan nama beliau sendiri dalam istilah al-qharitma (sistem notasi aritmatika dengan angka arab 1 dan seterusnya yang dalam konsep modem disebut logarisma (kaedah untuk pemecahan masalah berhitung tertentu seperti mencari persekutuan terbesar).
Sistema al-gharitma tersebut, baru dikenal dieropa, pada abad ke-12M, sebelumnya hanya dikenal sistem rumawi.
Pada matematis lainnya yang terkenal yakni, umar al-khayyam, nasir al-din a-tusi dan lain-lain.
e.       Fisika
Ada suatu hal yang merupakan ciri khas dari karya ahli fisika muslim pada masa itu, yakni terpadunya kepekaan terhadap azas-azas teori dasar yang mencerminkan kekaguman dan kehormatan terhadap ciptaan tuhan dengan pendekatan praktis.
Ahli fisika muslim yang terkenal, antara lain seperti al-birunidan ibn sinayang bekerja sama dalam menganalisa konsep-konsep fisika pada masa itu, ibn al-haytham (al-hazam) yang memplopori study tentang gerak dan refraksi atau pembiasaan cahaya dan pendekatan terhadap hukumnya, dalam karyanya al-munazir (buku optika).
Demikianlah perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa daulah abbasiyah yang telah mencapai puncaknya, namun menurut badri yatim, kemajuan yang dicapai abbasiyah tidak terlepas dari usaha bani umayyah sebagai perintis kemajuan, namun usaha tersebut tidak terfokus, karena pada masa ini pusat perhatian terfokus kepada pengembangan wilayah islam. Walaupun kemajuan islam mencapai puncak keemasannya pada daulah abbasiyah, namun kemunduran juga terjadi pada masa khalifah terakhir. Hal ini disebabkan bebrapa hal, antara lain:
(1)   Wilayah kekuasaan yang semakin luas.
(2)   Heterogenitas.
(3)   Merajalelahnya budaya PKN.
(4)   Pemberontakan tentara jenissari.
(5)   Merosotnya ekonomi dan.
(6)   Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.

E. Bentuk-bentuk Kemajuan Pendidikan Islam di Masa Lalu
Harun Nasution mengklasifikasikan sejarah Islam pada tiga masa yang mana periode pertama disebut dengan periode klasik dimulai tahun 650 hingga 1250 M.,sejak lahirnya islam sampai hancurnya pemerintahan Baghdad, sedangkan pada periode kedua disebut dengan periode pertengahan yaitu dari hancurnya baghdad sampai timbulnya ide-ide baru di Mesir yaitu sejak tahun 1250 hingga 1800 M. Dan terakhir periode modern yaitu mulai tahun 1800 M. hingga sekarang. Dan adapun bentuk-bentuk pendidikan islam masa klasik atau masa lalu yaitu antara lain:
a. Kurikulum
kurikulum dalam lembaga pendidikan islam dimasa klasik pada mulanya berkisar pada bidang study tertentu. Namun seiring perkembangan social dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa Nabi di Madinah, materi pelajaran berkisar pada belajar menulis, membaca Al-Quran, keimanan, ibadah, akhlak, dasar ekonomi, dasar politik, dan kesatuan. Setelah wilayah Islam semakin luas, Islam harus bersentuhan dengan budaya masyarakat non Islam yang menyebabkan permaslahan social semakin kompleks. Problem social tersebut pada akhirnya berpengaruh besar terhadap kehidupan keagamaan dan intelektual Islam, termasuk ilmu helenistik yang terjalin kontak dengan Islam. Perkembangan kehidupan inteleketual dan kehidupan keagamaan dalam Islam membawa situasi lain bagi kurikulum pendidikan Islam. Maka, diajarkanlah ilmu-ilmu baru seperti tafsir, hadist, fikih, tata bahasa, sastra, matematika, teologi, filsafat, astronomi, dan kedokteran Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan syair. Dalam berbagai kasus-kasus lain dikhususkan untuk membaca al-Quran dan mengajaarkan sebagian prinsip-prinsip pokok agama. Sedangkan untuk anakanak amir dan penguasa, kurikulum tingkat rendahsedikiy berbeda. Di istana-istana bisanya ditegaskan pentingnya pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fikih.
b. Metode Pengajaran
Metode pengajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada anak didiknya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilihan ilmu oleh murid, sehingga murid dapat menyerap apa yang disampaikan gurunya. Metode pengajaran yang dipakai pada masa Masa Abbasiyah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Metode lisan
Metode ini dapat berupa dikte, ceramah, qira`ah, dan dapat berupa diskusi. Dikte (imla) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman sehingga pelajar mempunyai catatan yang dapat membantunya terutama bagi yang daya ingatnya tidak kuat. Metode ceramah (al asma`), yaitu guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat tertentu guru memberi kesempatan kepada murid untuk menulis dan bertanya. Metode qira`ah (membaca) biasanya digunakan untuk membaca. Sedangkan diskusi merupakan metode pengajaran dalam pendidikan Islam dengan cara perdebatan.
2. Metode hafalan
Metode ini dilakukan oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Dalam proses selanjutnya, murid mengeluarkan kembali pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam suatu diskusi dia dapat merespon, mematahkan lawan, atau memunculkan ide baru.
3. Metode tulisan
Metode ini merupkan metode pengkopian karya-karya ulama. Metode ini di samping bermanfaat bagi proses penguasaan pengetahuan juga sangat besar artinya bagi penggandaan jumlah buku karena pada masa itu belum ada mesin cetak.
c. Kehidupan Murid
Ciri utama kehidupan murid dalam pendidikan tingkat dasar adalah :
1. Diharuskannya belajar membaca dan menulis.
2. Bahan pengajarannya menggunakan syair-syair dan bukan al Qur`an karena dikhawatirkan mereka membuat kesalahan yang akan menodai al Qur`an.
3. Murid-murid diajarkan membaca dan menghafalkan al Qur`an.
4. Pada sekolah dasar tidak ditentukan lamanya belajar dan tergantung pada kemampuan anak-anak.
5. Hubungan guru dan murid sebagai hubungan orang tua dan anak.
Pada pendidikan tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru yang mereka sukai yang dianggapnya paling baik. Di antara ciri khas pendidikan di masa Masa Abbasiyah adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu oendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar dimana saja, misdalnya di perpustakaan, toko buku, rumah ulama atau tempat terbuka. Pelajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelajar tidak tetap, yang terdiri dari para pekerja yang mengikuti pelajaran untuk menunjang profesi dan pelajar tetap, yaitu pelajar yan g mempunyai tujuan utama untuk belajar dan menghabiskan sebagian hidupnya untuk belajar. Setiap pelajar membuat daftar guru-guru yang mengajar yang disebut Mu`jam al Masyakhah. Daftar tersebut digunakan sebagi bukti bahwa mereka telah belajar kepada guru-guru yang terkenal dan dapat mengetahui kualitas hadits yang mereka terima dari seorang guru.
d. Rihlah Ilmiyah
Yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu. Dengan adanya sistem ini pendidikan di masa Masa Abbasiyah tidak hanya di batasi dengan dinding kelas (school without wall) tetapi memberikan kebebasan kepada murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Guru-guru juga melakukan perjalanan dan pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar, sehingga sistem rihlah ilmiyah disebut dengan learning society (masyarakat belajar). Kebebasan perjalanan di berbagai daerah Islam menyebabkan pertukaran pemikiran (culture contact) terus berlangsung antar masyarakat Islam sehingga dinamika sosial dan peradaban Islam terus berlangsung. Syalabi, mengutip dari Nicholson menjelaskan bahwa melakukan perjalanan ilmiah laksana lebah mencari bunga ke tempat yang jauh kemudian mereka kembali ke kota kelahirannya dengan membawa madu yang manis.
e. Wakaf
Lembaga wakaf menjadi sumber keuangan bagi lembaga pendidikan Islam. adanya sistem wakaf dalam Islam disebabkan oleh sistem ekonomi Islam yang menganggap bahwa ekonomi berhubungan erat dengan akidah dan syari`ah Islam sehingga aktifitas ekonomi memppunyai tujuan ibadah dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu di saat ekonomi Islam mencapai kemajuan, umat Islam tidak segan-segan membelanjakan uangnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umat Islam seperti halnya untuk pelaksanaan pendidikan Islam. Dengan dipelopori penguasa Islam yang cinta ilmu seperti Harun al Rasyid dan al Ma`mun maka berdirilah lembaga-lembaga pendidikan untuk keilmuan. Menurut Syalabi, bahwa khalifah al Ma`mun adalah orang yang pertama kali memberikan pendapatnya tentang pembentukan badan wakaf.




BAB III
PENUTUP

1.  Kesimpulan
Kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis atau salon kesusastraan, badiah(padang pasir,dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan, masjid, dan ribath. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan pendidikan Islam; adanya lembaga-lembaga formal seperti sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah, terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu maju, dan pengaruhpengaruh dari Persia, India dan pengaruh Hellenisme di masa Abbasiyah. Dari perkembangan lembaga-lembaga serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan pendidikan Islam itu sendiri maka lahirlah bentuk-bentuk kejayaan pendidikan islam pada masa klasik diantaranya; Kurikulum, metode pengajaran, kehidupan murid, rihlah ilmiyah, dan wakaf.
2.  Saran
Demikianlah makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam  pada Jurusan Pendidikan Agama Islam semester III. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan penulis meminta kepada pembaca umumnya dan khususnya kepada bapak dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam ini untuk memberikan saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini. Mudah-mudahan Allah Swt senantiasa memberkahi kita semua. Amin ya Rabbal ‘Alamin




Daftar Pustaka



1 komentar:

  1. Assalamualaikum
    Syukran atas ilmunya
    Semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT.
    Kunjungi juga ya blog kami http://blogcoretanmangsantri.blogspot.co.id

    BalasHapus