1.
PENGERTIAN
ILMU FALAK
Secara bahasa (etimologis) kata Falak
berasal dari bahasa arab yang tersusun dari huruf fa’, lam, kaf yang
mempunyai arti orbit atau lintasan benda-benda langit, dan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai lingkaran langit, serta didalam Kamus Al-Munawir
di maknai sebagai madar yang berarti orbit garis atau tempat
perjalanan bintang. Dengan demikian kata Falak berbeda dengan kata Falaq
yang terdiri dari huruf fa’, lam, qof yang berarti shubuh,
terbit atau waktu fajar, Sebagaimana QS. Al-Falaq ayat 1 :
Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai
subuh
Sedangkan kata Falak diungkapkan oleh Al-Qur’an sebanyak dua kali yaitu pada
surat Al-Anbiya’ ayat 33 dan surat Yasin ayat 40:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari
dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.
Dengan demikian kata falak dari
masing-masing ayat tersebut diartikan sebagai orbit atau lintasan benda-benda
langit.
Karena ini mempelajari lintasan benda-benda langit. Ilmu ini disebut pula
dengan ilmu hisab, ilmu rashd, ilmu miqat karena ilmu ini menggunakan
perhitungan, pengamatan, dan mempelajari tentang batas-batas waktu.
Adapun secara terminologi dapat dipaparkan beberapa definisi sebagai berikut :
1. Dairatu Ma’aarif al-Qarn al-Isyrin
Ilmu falak adalah ilmu tentang
lintasan benda-benda langit, matahari, bulan bintang dan planet-planetnya.
2. Leksikon Islam
Ilmu falak adalah ilmu perbintangan,
astronomi pengetahuan mengenai keadaan bintang-bintang di langit.
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Ilmu falak adalah ilmu pengetahuan
mengenai keadaan (peradaran, perhitungan dan sebagainya) bintang-bintang.
4. Ensiklopedi Islam
Ilmu falak adalah suatu ilmu yang
mempelajari benda-benda langit, matahari, bulan, bintang, dan planet-planetnya.
5. Ensiklopedi Hukum Islam
Ilmu falak adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari benda-benda langit tentang fisiknya, geraknya, ukurannya, dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya.
6. Almanak Hisab Rukyat
Ilmu falak adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari lintasan benda-benda langit seperti matahari, bulan,
bintang-bintang, dan benda-benda langit lainnyya, dengan tujuan untu mengetahui
posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit
yang lain.
Dari rumusan-rumusan diatas dapat dinyatakan bahwa objek
formal Ilmu Falak adalah benda-benda langit, sedangkan objek materialnya adalah
lintasan dari benda-benda langit tersebut. Dari sini pula dapat dinyatakan
bahwa ada beberapa ilmu yang mempunyai objek formal yang sama dengan ilmu falak
tetapi objek materialnya yang berbeda diantaranya yaitu : Astrologi,
Astrofisika, Astromekanik, Kosmografi, dan Kosmologi.
2.
TUJUAN DAN
MANFAAT ILMU FALAK
a. tujuan
Tujuan mempelajari ilmu falak pada
dasarnya mempunyai kepentingan yang saling berkaitan. Pertama,
untuk penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
keperluan ini muncul para ahli falak (astronomi muslim) terkenal pada abad-abad
kemajuan islam yang mengembangkan ilmu falak melalui berbagai percobaan dan
penelitian secara mendalam hasil karya mereka memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan modern, baik di timur maupun di barat. Kedua,
untuk keperluan yang berkaitan dengan masalah-masalah ibadah seperti,
sholat, puasa, dan haji. Keperluan ini bersifat penting dan turut menentukan
sahnya amal ibadah, karena didalamnya terdapat pembahasan tentang
penentuan-penentuan waktu atau momentum yang berkaitan dengan ibadah tersebut.
b. manfaat
Dengan memplajari ilmu Falak maka diharapkan akan dapat:
1.
Menjelaskan berbagai konsep tentang
dasar-dasar Astronomi yang berkaaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah.
2.
Menjelaskan peranan Ilmu Falak pada
awal penentuaan waktu Sholat.
3.
Melakukan penghitungan awal waktu
Sholat dengan benar.
4.
Menyusun jadwal waktu Sholat dan
Imsyakiah.
5.
Menghitung sekaligus mengukur arah
Kiblat.
6.
Menghitung sekaligus memprediksikan
kapan waktu-waktu ibadah seperti awal dan akhir puasa itu tiba.
7.
Membuat kalender Masehi atau Hijriyah.
8.
Mengkritisi arah kiblat dan mushala
yang ada dan diasumsikan tidak sesuai dengan teori-teori Ilmu Falak.
9.
Menumbuhkan sifat toleran bila dari
hasil hisab dipridiksi akan terjadi perbedaan dalam berhari raya misalnya.
3.
SEJARAH DAN
PERKEMBANGAN ILMU FALAK
Kajian ilmu falak banyak mendapat
perhatian dari para peneliti dan sejarawan. Regis Morlan (seorang orientalis
Prancis, peneliti sejarah ilmu falak klasik) mengemukakan beberapa factor di
antaranya: banyaknya ulama yang berkecimpung di bidang ini sepanjang
sejarah, banyaknya karya-karya yang dihasilkan, banyaknya
observatorium astronomi yang berdiri sebagai akses dari banyaknya astronom
serta karya-karya mereka, banyaknya data observasi (pengamatan alami)
yang terdokumentasikan. Sementara itu Prof. Dr. Muhammad Ahmad Sulaiman (guru
besar ilmu falak di Institut Nasional Penelitian Astronomi dan Geofisika,
Helwan - Mesir) mengatakan “astronomi adalah miniatur terhadap majunya
peradaban sebuah bangsa”.
Dalam
perjalanan mulanya, peradaban India, Persia dan Yunani adalah peradaban yang
punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara khusus muncul dan
lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping peradaban lainnya. Peradaban
India adalah yang terkuat dalam pengaruhnya terhadap Islam (Arab). Buku
astronomi ‘Sindhind’ punya pengaruh besar dalam perkembangan astronomi Arab
(Islam), dengan puncaknya pada dinasti Abbasiah masa pemerintahan Al-Manshur,
buku ini diringkas dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ibrahim al-Fazzârî
adalah orang yang mendapat amanah untuk mengerjakan proyek ini, sekaligus juga
ia melahirkan buku penjelas yang berjudul “as-Sind Hind al-Kabîr”.
Peradaban
Persia memberi pengaruh signifikan dalam peradaban ilmu falak Islam, ditemukan
cukup banyak istilah-istilah falak Persia yang terus dipakai dalam Islam hingga
saat ini, seperti zij (epemiris) dan auj (aphelion). Buku astronomi berbahasa
Persia yang banyak mendapat perhatian Arab (Islam) adalah 'Zij Syah' atau ‘Zij
Syahryaran’ yang merupakan ephemiris (zij) yang masyhur di zamannya.
Sementara dari
peradaban Yunani puncaknya dimotori oleh Cladius Ptolemaus (w. ± 160 M) yang
dikenal dengan sistem "geosentris"nya. Gagasan astronomi Ptolemaus
terekam dalam maha karyanya yang berjudul ‘Almagest’ atau ‘Tata Agung’ yang menjadi
buku pedoman astronomi hingga berabad-abad sebelum runtuh oleh teori tata surya
Ibn Syathir (w. 777 H) dan Copernicus.
Dalam melihat
sejarah ilmu falak maka dapat diklasikasikan sebagai berikut:
1) Ilmu falak
sebelum islam
Dahulu, pada
umumnya manusia memahami seluk beluk alam semesta hanyalah seperti apa yang
mereka lihat, bahkan sering ditambah dengan macam-macam tahayul yang bersifat
fantastis. Menurut mereka, bumi merupakan pusat alam semesta. Setiap hari,
matahari, bulan, dan bintang-bintang dengan sangat tertib mengelilinhi bumi.
Sekalipun
demikian, ada di antara mereka yang memahami alam raya ini dengan akal
rasiaonya. Para ilmuan yang ada pada saat itu, salah satunya adalah:
Aristoteles, dia berpendapat bahwa pusat jagad raya adalah bumi sedangkan bumi
dalam keadaan tenang, tidak bergrak dan tidak berputar. Semua gerak benda-benda
angkasa mengitari bumi. Lintasan masing-masing benda angkasa berbentuk
lingkaran. Sedangkan peristiwa gerhana misalnya tidak lagi dipandang sebagai
adanya raksasa penelan bulan, melainkan merupakan peristiwa alam.
Pandangan
manusia terhadap jagad raya mulai saat itu umumnya mengikuti pandangan
aritoteles yaitu: GEOSENTRIS yakni bumi sebagai pusat peredaran
benda-benda langit.
2) Ilmu falak
dalam peradaban islam
Sekitar tiga
ratus tahun setelah wafatnya nabi Muahamad SAW, negara-negara islam telah
memiliki kkebudayaan dan pengetahuan tinggi. Banyak sekali ilmuan muslim
bemunculan dengan hasil karyannya yang gemilang.
Pada thn 773 M,
seorang pengembara India menyerahkan sebuah buku data astronomis berjudul
“Sindbind” atau “Sidbanta” kepada kerajaan islam di Baghdad. Oleh khalifah Abu
ja’far al-mansur, diperintahkan agar buku itu diterjemahkan kedalam bahasa
arab. Perintah ini di lakukan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari. Atas
usahanya inilah Al-Fazari dikenal sebagai ahli ilmu falaq yang pertama di dunia
islam.
Di samping itu,
Al-khawarizmi menemukan bahwa zodiak atau ekliptika itu miring sebesar 23.5
derajat terhadap ekuator, serta memperbaiki data astronomis yang ada pada buku
terjemahan sindhind.
Dua buah buku
karyanya adalah Al-muksbtasbar fihisabil jabrwal muqabalah dan Suratul
ardl merupakn buku pennting dalam bidang ilmu falak, sehingga banyak
diikuti oleh para ahli ilmu falak berikutnya.
Selain para tokoh
di atas, Ulugh Bek ahli astronomi asal Iskandaria dengan observatoriumnya
berhasil menyusun table data astronomi yang banyak digunakan pada
perkembangan ilmu falak masa-masa selanjutnya.
Hal demikian
inilah yang menyebabkan istilah-istilah astronomi yang berkembang sekarang ini
banyak menggunakan bahasa arab, misalnya nadir, mintaqotul buruj dan lain
sebagainya.
Sekalipun ilmu
falak dalam perdaban islam sedah cukup maju, namun yang patut dicatat adalah
bahwa pandangan terhadp alam masih mengikuti pandangan aritoteles yaitu
geosentris .
3) Ilmu falak
dalam peradaban Eropa
Pada masa
negara-negara islam mencapai kejayaannya, bangsa eropa masih berada pada
ketertinggalan, bangsa eropa mulai tertarik pada ilmu pengetahuan seperti yang
telah di pelajari orang-orang islam yang sudah demikian tinggi serta
penemuan-penemuan diberbagai cabang ilmu pengetahuan, pendapat-pendapat ilmuan
muslim mulai ditentang oleh aliran muslim kolot.
Sementara itu,
bangsa eropa mulai maju kearah kebudayaan yang kian manju. Mereka mempelajari
semua peninggalan kebudayaan bangsa arab yang telah runtuh dari kejayaannya
mereka mengambil manfaat dari sejarah yang telah dicapai bangsa arab mereka
menginginkan kebangsaan yang jaya dan pemimpin dunia.
Untuk mencapai
tujuan ini antara lain yang dilakukan adalah menterjemahkan buku-buku ilmu
falak kedalam bahasa eropa misalnya, buku Almukhtashar fi Hisabil
Jabrwal Muqabalah karya Al-khawarijmi diterjemahkan kedalam
bahasa latin oleh Grard dari Cremona. Ilmuan eropa pada dekade ini adalah
Galilei Galileo (1564-1642 M), Nicolas Copernikus (143-1543 M) dan lain-lain.
4) Ilmu Falak Di
Indonesia
a. Ilmu falak pada
awal perkembangan di Indonesia
Sejak adanya
penanggalan Hindu dan penanggalan Islam di Indonesia, hususnya di Pulau Jawa
serta adanya penanggalan Jawa Islam oleh Sultan Agung, sebenarnya bangsa
indonesias sudah mengenal ilmu falak.
Kemudian
seiring dengan kembalinya para ulama’ muda ke Indonesia dari bermukim di Mekah
pada awal abad 20 M, ilmu falak mulai tumbuh dan berkembang di tanah air ini,
mereka mengajarkannya kepada santrinya di Indonesia.
Diantaranya
adalah Syeh Abdurahman bin Ahmad Al-misri ulama’ muda yang belajar
kepadanya adalah Ahmad Dahlan As-Simarani dan kemudian mereka ajarkan lagi
kepada santrinya dan seterusnya.
b. Ilmu Falak Pada
Perkembangan Baru
Dengan
berkembangnya ilmu falak di Indonesia dan juga para ahli ilmu Falak banyak
sekali buku-buku ilmu falak dengan karya-Karyanya Antara lain
Adalah Sebagai Berikut:
v Abdul faqih
(Demak ),karyanya “Al-Kutub Falakiyah”
v Abdul falah (
Gresik) , karyanya “ Muzakarotul Hisab”
v Abdul badawi
(Yogyakarta) , karyanya “ Hisab hakiki”
c. Ilmu Falak Pada
Computer
Pada zaman
sekarang ini muncualah program-program software yang menyiapkan sekaligus
melakukan perhitungan , sehingga program ini di rasa lebih praktis dan lebih
mudah bagi pemakainya. Program ini misalnya “Mawaqit” yang di program oleh ICMI
Korwil Belanda pada tahun 1993, program “Falakiyah Najmi” oleh Nuril Fuad pada
tahun 1995, program “Astinfo” oleh jurusan jurusan MIPA ITB Bandug tahun 1996.
Dan masih banyak lagi lainnya.
4.
TATA
KOORDINAT ILMU FALAK
sistem
koordinat adalah suatu cara untuk menentukan lokasi posisi obyek obyek di
langit. Sistem koordinat harus mempunyai kerangka acuan untuk menentukan arah,
dan titik acuan asal pengukuran di mulai.
a.
Equator
Lingkaran yang mermbagi dua sama besar bola bumi menjadi
bagian selatan dan bagian utara.
Sistem ekuatorial ini digabungkan dengan lintasan semu
matahari (ekliptika). Bidang ekliptika ini akan berpotongan dengan bidang
ekuator langit, dan titik perpotongannya adalah pada titik ekuinoks. Pada
gambar dibawah, titik vernal equinox (Aries) dinyatakan dengan simbol γ.
Ascensiorecta (Right Ascension - RA) adalah busur pada
ekuator langit yang ditarik dari titik vernal equinox ke arah timur hingga ke
meridian benda langit. Pada gambar dinyatakan dengan busur γC. Besarnya
berkisar antara 0 – 24 jam atau setara dengan perputaran 3600.
Penggunaan RA adalah sebagai alternatif dari penggunaan
sudut jam (Hour Angle - HA), karena besarnya HA tidak pernah tetap. Misalnya
untuk penulisan katalog, posisi benda langit yang diberikan adalah posisi yang
tepat, karena itu dipilihlah RA sebagai salah satu sumbu koordinat.
Ordinat-ordinat
dalam tata koordinat ekuator adalah:
1.
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan
sudut jam atau Hour Angle (HA). Sudut jam menunjukkan
letak suatu bintang dari titik kulminasinya, yang diukur dengan satuan jam
(ingat,1h = 15°). Sudut jam
diukur dari titik kulminasi atas bintang (A) ke arah barat (positif,
yang berarti bintang telah lewat kulminasi sekian jam) ataupun ke arah timur
(negatif, yang berarti tinggal sekian jam lagi bintang akan berkulminasi).
Dapat juga diukur dari 0° – 360° dari titik A ke arah barat.
2.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan
deklinasi (δ), yang diukur
dari proyeksi bintang di ekuator ke arah bintang itu menuju ke kutub Bumi.
Tinggi bintang diukur 0° – 90° jika arahnya menuju KLU dan 0° – -90° jika
arahnya menuju KLS.
b. Deklinasi
Deklinasi matahari merupakan data yang cukup penting selain
lintang dan bujur tempat-deklinasi matahari adalah jarak posisi matahari dengan
equator langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu
deklinasi biasanya diberi tada huruf Yunani (delta)atau kadang kadang ditulis
dengan huruf d kecil.
Deklinasi sebelah utara equator diberi tanda positif (+)
berlaku sebaliknya. Nilai deklinasi dari hari ke hari dalam satu tahun selalu
berubah tapi dalam satu tahun sama. Deklinasi positif terletak di belahan utara
langit dan deklinasi negative terletak di belahan selatan langit.
Deklinasi adalah jarak benda langit
itu ke equator yang diukur dengan hitungan derajat, menit dan detik. Dengan
perkataan lain deklinasi adalah sepotong busur lingkaran deklinasi atau
lingkaran waktu yang diukur dari perpotongan equator langit pada lingkaran
deklinasi sampai ke benda langit itu.
c.
Azimut
Untuk menentukan letak
matahari pada suatu saat, biasanya dipergunakan tata koordinat horizon. Dengan
mempergunakan acuan horizon, maka letak dan besar sudut matahari dapat
diketahui. Azimuth matahari ialah busur pada horizon yang diukur dari titik
Utara kearah Timur sampai pada titik perpotongan antara lingkaran horizon dan
lingkaran vertical yang dilalui matahari itu. Dengan kata lain azimuth ialah
jarak dari titik utara ke lingkarang vertical yang melalui matahari tersebut,
diukur sepanjang lingkaran horizon menurut perputaran arah jarum jam.
d.
Horizon
Pada tata koordinat horizon, letak
bintang ditentukan hanya berdasarkan pandangan pengamat saja. Tata koordinat
horizon tidak dapat menggambarkan lintasan peredaran semu bintang, dan letak
bintang selalu berubah sejalan dengan waktu. Namun, tata koordinat horizon
penting dalam hal pengukuran adsorbsi cahaya bintang.
Ordinat-ordinat
dalam tata koordinat horizon adalah:
1.
Bujur suatu bintang dinyatakan dengan
azimut (Az). Azimut umumnya diukur dari selatan ke arah barat sampai pada
proyeksi bintang itu di horizon, seperti pada gambar azimut bintang adalak
220°. Namun ada pula azimut yang diukur dari Utara ke arah timur, oleh karena
itu sebaiknya Anda menuliskan keterangan tentang ketentuan mana yang Anda
gunakan.
2.
Lintang suatu bintang dinyatakan dengan
tinggi bintang (a), yang diukur dari proyeksi bintang di horizon ke arah
bintang itu menuju ke zenit. Tinggi bintang diukur 0° – 90° jika arahnya ke
atas (menuju zenit) dan 0° – -90° jika arahnya ke bawah.
Letak bintang
dinyatakan dalam (Az, a). Setelah
menentukan letak bintang, lukislah lingkaran almukantaratnya, yaitu lingkaran
kecil yang dilalui bintang yang sejajar dengan horizon (lingkaran PQRS).
ada tiga jenis horizon
yaitu horizon hakiki langit, horizon semu dan horizon sejati. Horizon hakiki
langit adalah batas akhir dengan pandangan mata telanjang yang seolah-olah
menjadi batas pertemuan antara kaki langit dengan ujung daratan bumi. Horizon
semu adalah bidang yang rata menyinggung bumi yang dapat ditarik dari tempat
pengamat berdiri antara kaki langit dengan tanah bidang ia tegak lurus pada
garis vertical . horizon sejati adalah bidang yang melalui titik pusat bumi
yang tegak lurus kepada garis vertical.
e.
Meridian
Kalau gambar
dipertemukan dengan titik Nadir , maka lingkaran meridian adalah lingkaran
vertical yang melalui kutub langit, kutub Utara dan kutub Selatan, memebentuk poros
bumi yang menghubungkan kedua kutub itu. Aapalagi matahari berkulminasi, tinggi
matahari disebut tinggi kulminasi tandanya hm. jarak zenith pusat
matahari pada saat berkulminasi tandanya zm. jadi meridian adalakt
lingkaran vertical yang melalui kutub langit, kutub utara, kutub selatan, titik
utara dan titik selatan. Meridian suatu tempat hanya satu, akan tetapi karena
zenith, nadir tiap tempat berlainan maka meridiannya pun berbeda-beda.
f.
Perata
waktu
Selisih dari data waktu matahari hakiki
dengan matahari pertengahan disebut perata waktu, lambangnya “e” .
Untuk menentukan perata waktu (positif
atau negative) dipergunakan rumus :
12.00 – e
Artinya : untuk memperoleh harga waktu
menengah, maka waktu hakiki dikiring peratang waktu.
5. ARAH
KIBLAT (PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM)
Arah kiblat ialah arah yang menuju
ke Ka’bah di Mekkah apabila seorang Muslim wajib menghadapkan mukanya tatkala
ia mendirikan shalat atau dibaringkan jenazahnya di liang lahat, dan hukumnya
adalah wajib, hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 144
dan 149, dan beberapa hadis riwayat Bukhari dan Muslim.
Kata kiblat berasal dari bahasa Arab القبلة asal katanya
ialah مقبلة
sinonimnya adalah وجهة yang berasal dari kata مواجهة artinya adalah keadaan arah yang dihadapi.
Kemudian pengertiannya dikhususkan pada suatu arah, dimana semua orang yang
akan mendirikan shalat menghadap kepadanya.[1]
Dasar hukum dari al Quran
Firman Allah SWT dalam QS. al
Baqarah [2] : 144
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي
السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ
رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Sungguh
Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat
dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.”(al Baqarah [2] : 144)
Firman Allah dalam QS Al-Baqarah :
150
Artinya:
Dan dari mana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu kearah
masjidil haram, dan dimana saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu
kearahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang
yang dhalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan
takutlah kepada-Ku. Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan supaya
kamu dapat petunjuk. (QS. AL-Baqarah :150)
2.
Dasar hukum dari hadits
Hadits
riwayat Imam Bukhari (hadits no. 385 dalam Shahih Bukhari)
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ فَإِذَا
أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ
Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim berkata,
telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Abu 'abdullah berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir dari Muhammad bin 'Abdurrahman
dari Jabir bin 'Abdullah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
shalat diatas tunggangannya menghadap kemana arah tunggangannya menghadap. Jika
Beliau hendak melaksanakan shalat yang fardlu, maka beliau turun lalu shalat
menghadap kiblat."(HR.
Bukhari)
استقبل القبلة وكبر (رواه البخاري)
Artinya: “Menghadaplah ke kiblat
lalu takbirlah”(HR. Bukhari)
6.
TEORI-TEORI
PENENTUAN ARAH KIBLAT
Penentuan arah kiblat melalui dua
system, yaitu teori sudut dan teori bayangan
a. Teori
Sudut arah kiblat
Yang dimaksud dengan
teori sudut adalah penentuan arah kiblat dengan memanfaatkan Utara geografis.
Atau dengan kata lain, menentukan arah dari tempat tinggal seseorang ke kota
Mekkah (Ka’bah) dipermukaan bumi sama dengan menentukan azimuth (sudut) kota
Makkah karena diukur sepanjang horizon. Di sini harus diperhitungkan
Utara-Selatan meridiam setempat.
Sudut arah yang akan
diukur arah kiblatnya dapat dihitung dengan menggunakan segitiga bola. Data yang dinutuhkan adalah
harga lintang bujur geografis setempat maupun Makkah. Kita menggunakan teori
sudut dari segi tiga bola karena bumi ini mempunyai bentuk menyerupai bola.
Adapun cara menentukan
arah kiblat dengan teori ini antara lain sebagai berikut :
a) Menghitung
arah kiblat lokasi .
Cara menghitungnya
harus dipersipkan data yaitu
1)
Data lintang dan bujur tempat
2)
Data lintang dan bujur Ka’bah.
3)
Disiapkan pula lukisan segi tiga bola
yang masing-masing mempunyai sudut yaitu sudut Kutub Utara dengan symbol C, Ka’bah dengan symbol A dan lokasi dengan
symbol B . ketiga symbol itu masing-masing mempunyai sisi yaitu sisi a,b dan c
Hasil perhitungan darai data diatas
merupakan harga sudut arah kiblat, yang merupakan Patokan utama dalam
menentukan arah kiblat tempat yang dicari arah kiblatnya.
b.
Setelah harga sudut diperoleh itu, ditentukanlah arah utara, barat dan
selatan atau timur dengan pendekatan tertentu. Mungkin dengan lingkaran melalui
pertolongan sinar matahari, mungkin juga dengan kalkulator atau teodolit.
c.
Mengukur arah kiblat dengan menggunakan
alat tertentu, seperti bususr atau teodolit.
d.
Penggunaan alat tersebut harus
direlevansikan dengan lingkaran pada papan yang telah disiapkan sebelumnya.
Dari proses itu, pada akhirnya mendapatkan sudut sebagai petunjuk bahwa arah
kiblat mengarah pada titik tertentu.
Contoh perhitungan
Data dan Rumus Arah Kiblat yang Digunakan
a. Data
yang Digunakan :
NO
|
INDONESIA
|
ARAB
|
INGGRIS
|
SIMBOL
|
1
|
lintang
tempat
(p)
|
عرض البلد
|
latitude
|
phi
= f
|
2
|
Bujur tempat (Bt)
|
طول البلد
|
longitude
|
lambda
= λ
|
b. Data
lintang dan bujur Ka’bah (kota Mekah) yaitu :
1). f
lintang Ka’bah (kota Mekah) f = 21o 25’ LU
2). λ
bujur Ka’bah (kota Mekah) λ = 39o 50’ BT
c. Rumus
yang digunakan :
1).
Rumus arah kiblat
Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan C
Sin C
2).
Rumus bantu
Sisi a
(a) = 90o – ftp
Sisi b
(b) = 90o – fmk
b = 90o
– 21o 25’ = 68o 35’ (tetap)
Sisi C
(c) = λtp – λmk
Keterangan
:
tp =
lintang/bujur tempat, dan mk = lintang/bujur Mekah
Contoh Perhitungan Arah Kiblat
Pertanyaan
: Hisablah/hitunglah arah kiblat kota Jakarta.
Jawab :
- Data
yang diketahui :
a.
Lintang tempat kota Mekah (f mk ) = 21o
25’ LU
Bujur tempat kota Mekah (λ
mk) = 39o
50’ BT
b.
Lintang tempat kota Surabaya (f tp ) = - 7o
15’ LS
Bujur tempat kota Surabaya (λ tp )
= 112o 45’ BT
-
Langkah-langkah yang harus ditempuh :
a.
Dicari dulu dengan rumus bantu :
a = 90o
– f
tp
b = 90o
– f mk
C
= λtp - λ mk
Harga
yang didapat :
a = 90o
– (- 7o
15’)
= 97o 15’
b = 90o
- 21o
25’
= 68o 35’ (tetap)
C =112o
45’ - 39o
50’ = 72o
55’
b. Data
dimasukkan dalam rumus arah kiblat
Cotan
B = Cotan b Sin
a - Cos a Cotan C
Sin
C
Cotan B
= Cotan 68o 35’ Sin 97o 15’ - Cos 97o 15’
Cotan 72o 55’
Sin 72o 55’
Dari contoh
diatas perlu dijelaskan
p = lintang tempat
Bt = bujur tempat
C = symbol titi utara
B-T = khatulistiwa
B = tempat yang kan dicari
kiblatnya
a = busur A yang dihitung
dari C ke A
b = busur B yang dihitung
dari C ke A
c = busur C yang dihitung dari
A ke B
Cara menggunakan kalkulator untuk rumus
tersebut.
- Pijat
tombol kalkulator secara berurutan sesuai dengan typenya:
a.
Casio fx 120, 124, 130
68o
35’ Tan 1/x x 97o 15’ Sin = : 72o 55’
Sin = - 97o 15’ Cos x 72o 55’ Tan 1/x = 1/x Inv Tan Inv o
’’ 65o 58’ 14.97” U - B atau 24o 01’
45.03” B – U, dan Azimut kiblat 2924o 01’ 45.03” UTSB.
b. Casio
fx 3600, 3800, 3900, 4100
68o
35’ Tan Inv 1/x x 97o 15’ Sin = : 72o 55’ Sin
= - 97o 15’ Cos x 72o 55’ Tan Inv 1/x = Inv
1/x Inv Tan Inv o ’’ 65o 58’ 14.97” U - B
atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 294o
01’ 45.03” UTSB.
c.
Karce-131 Scientific, Casio fx 350 MS SVPAM, 4000 P , 4500 P , 5000 P.
1 / Tan
68o 35’ x Sin 97o 15’ / Sin 72o 55’ Exe - Cos
97o 15’ x 1 / Tan 72o 55’ Exe x-1 Exe
Shift Tan Ans Exe Shift o’’65o 58’ 14.97” U -
B atau 24o 01’ 45.03” B – U, dan Azimut kiblat 294o
01’ 45.03” UTSB.
Keterangan :
1. U-B : diukur dari titik Utara ke arah
Barat
2. B-U : diukur dari titik Barat ke arah
Utara
3. UTSB : diukur dari titik Utara se arah
jarum jam (Utara - Timur - Selatan – Barat
7.
BATAS
– BATAS TANAH HARAM
“Tanah Haram” merupakan bagian wiliyah kota Mekah yang
memiliki keistimewaan. Di antaranya, bagi orang yang ihram, baik untuk haji
maupun umrah, semua syarat ihram wajib dipenuhi sebelum masuk melintasi batas
Tanah Haram. Demikian pula, pepohonan dan binatang yang berada di Tanah Haram
tidak boleh diganggu-gugat. Ini merupakan bagian dari keberkahan yang Allah
berikan kepada Ka`bah dan daerah di sekitar Ka`bah. Siapa saja yang
memasukinya, diberi jaminan keamanan, sampai-sampai binatang dan tumbuhan yang
berada di dalamnnya. Allah berfirman,
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
“Siapa saja yang memasukinya (Tanah Al-Haram) maka dia
aman.” (QS. Ali Imran:97)
Orang yang pertama kali meletakkan batas Tanah Haram adalah
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau memasang tapal batas dengan dipandu
Malaikat Jibril. Tapal batas ini tidak pernah diubah atau diganggu sampai zaman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika Fathu Mekah,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Tamim bin Asad Al-Khuza`i
untuk memperbarui tapal batas tersebut. Sampai akhirnya, di zaman kekhalifahan
Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, beliau memerintahkan empat orang
Quraisy untuk memperbarui tapal batas tersebut. Saat ini, tapal batas itu,
dipasang dalam bentuk gapura besar di jalan-jalan utama menuju kota Mekah.
(Al-Azraqi, Akhbar Makkah, 2:406)
Berikut ini batas Tanah Haram saat ini:
a. Arah barat: Jalan Jeddah–Mekah, di
Asy-Syumaisi (Hudaibiyah), yang berjarak 22 km dari Ka`bah.
b. Arah selatan: Di Idha`ah Liben (Idha`ah:
tanah; Liben: nama bukit), jalan Yaman–Mekah dari arah Tihamah; berjarak
12 km dari Ka`bah.
c. Arah timur: Di tepi Lembah `Uranah
Barat, berjarak 15 km dari Ka`bah.
d. Arah timur laut: Jalan menuju
Ji`ranah, dekat dengan daerah Syara`i Al-Mujahidin, berjarak 16 km dari Ka`bah.
e. Arah utara: Batasnya adalah Tan`im;
berjarak 7 km dari Ka`bah. (Shafiyurahman Al-Mubarakfuri, Sejarah Mekah,
hlm. 167)