BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan
sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan
perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan
budaya manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana
termaktub dalam Al Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi
Muhmmad SAW menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
Pembahasan tentang
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi,
yaitu periode pembinaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, periode
pertumbuhan pendidikan Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat
sampai masa akhir Bani Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan)
pendidikan Islam yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai
jatuhnya Baghdad, periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya
Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon yang ditandai dengan runtuhnya
sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan
kebudayaan ke dunia Barat dan periode pembaharuan pendidikan Islam yang
berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini yangn
ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.
Dalam makalah ini
akan dibahas tentang periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam
yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sanpai dengan jatuhnya
Baghdad yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah
serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam.
Pembahasan pada
periode kejayaan ini merupakan rangkaian pembahasan sejarah pendidikan Islam.
Karena pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah seperti halnya sejarah
pendidikan Islam selalu berkaitan dengan peristiwa lainnya yang saling berhubungan
yang mengakibatkan terjadinya rentetan peristiwa serta memberinya dinamisme
dalam waktu dan tempat.
Semoga dengan
makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan tentang peristiwa sejarah
khususnya sejarah pendidikan Islam pada masa kejayaan.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana masa kemajuan/kejayaan pendidikan Islam ?
C. Maksud dan
Tujuan
Adapun
maksud dan tujuan makalah ini, yaitu :
1.
Sebagai bahan
diskusi
2.
Memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
3.
Menambah ilmu
pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa kemajuan/Kejayaan Pendidikan Islam
Masa
kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam
yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan
Islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan,
budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek
budaya kaum muslimin.
Masa
Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah
‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan,
baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah
berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian
yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai
inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Daulah Abbasiyah
berkuasa selama 524 tahun yaitu dari tahun 132 – 556 H/ 750 – 1258 M. Sistem
Bani Abbasiyah meniru cara Umayyah. Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah
diletakkan oleh khalifah kedua, yaitu Abu Ja’far al-Mansyur. Sistem politik
Abbasiyah yang dijalankannya antara lain; Para Daulah tetap dari turunan Arab
murni, kota Bagdag sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat kegiatan politik,
ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, kebebasan
berpikir dan HAM pernah diakui penuh, dan para menteri turunan Persia diberi
hak penuh dalam menjalankan pemerintahan. Sedangkan sistem sosial
kemasyarakatan terjadi perubahan yang sangat menonjol, diantaranya adalah :
1. Tampilanya
kelompok Mawali yang menduduki peran dan posisi penting di pemerintahan.
2. Masyarakat
terdiri dari dua kelompok, yaitu :
a. Kelompok
khusus, yaitu Bani Hasyim, pembesar negara, bangsawan yang bukan Bni Hasyim.
b. Kelompok
umum, yaitu seniman, ulama, pengusaha, pujangga dan lain-lain.
3. Di
dalam kekuasaan Daulah Abbasiyah terdapat bangsa yang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab, Irak,
Persia, Turki)
4. Lahirnya
keturunan baru akibat dari terjadinya perkawinan campuran dari berbagai bangsa.
5. Lahirnya
kebudayaan baru akibar dari terjadinya pertukaran pikiran dan budaya yang
dibawa oleh masin-masing bangsa.
B. Perkembangan pendidikan
pada masa Daulah Abbasiyah
1. Faktor-faktor
yang mendorong kemajuan pendidikan
a. Adanya
kekayaan yang melimpah dari hasil kharaj,
baik pertanian maupun perdagangan. Dengan dana dari kekayaan tersebut para
khalifah dapat dengan mudah merealisir perencanaannya didalam dan diluar
negeri, serta pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Perhatian
beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti ; al Mansyur (754
– 775M), al Mahdi (775 – 785M), Harun al Rasyid (785 – 809), al Ma’mun (813 –
833), al Wathiq (824 – 847) dan al Mutawakkil (847 – 861M). Tak kalah
pentingnya ialah pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balkh ( Bactra ),
pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Persia. Keluarga Barmak ini
mempunyai pengaruh dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di
Bagdag. Mereka di samping menjadi Wazir juga menjadi pendidik dari anak-anak
Khalifah.
c. Kecenderungan
umat Islam di dalam menggali mengembangkan ilmu pengetahuan besar sekali, maka
banyaklah ulama di setiap kota Islam pada masa itu.
d. Kondisi
masyarakat Irak, yang mendesak perlunya suatu ilmu baru karena sungai Dajlah
dan Furat menuntut penataan sistem pengairan yang lebih baik serta pengelolaan
perpajakan yang lebih sempurna.
e. Umat
Islam pada masa itu telah bercampur baur dengan orang-orang Persia, terutama Mawali, mereka inilah yang memindahkan
ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahasa mereka ke dalam bahasa Arab.
f. Bagdag
sebagai pusat pemerintahan, lebih dahulu maju dalam ilmu pengetahuan, dari pada
Damaskus pada masa itu.
g. Lancarnya
hubungan kerjasama, dengan negara-negara maju lainnya seperti ; India,
Bizantium, dan sebagainya.
Dari
ketujuh faktor di atas, nampaknya yang pertama, kedua dan ketiga merupakan
faktor yang paling menentukan, sedangkan faktor-faktor yang lainnya hanya
merupakan penunjang saja. Sekalipun demikian, keterkaitan satu dengan yang
lainnya juga turut berpengaruh.
C. Perkembangan ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah
Kemajuan
yang dicapai oleh Daulah Abbasiyah, khususnya dalam bidang ilmu merupakan
puncak kejayaan Islam sepanjang sejarah. Hal ini disebabkan karena : (1)
situasi dan kondisi yang sangat menunjang, (2) keterlibatan semua pihak secara
ikhlas dan sungguh-sungguh, (3) adanya kemerdekaan dan kebebasan berpikir
membuat umat Islam menjadi sangat dinamis dan kreatif, jauh dari sikap fatalis
dan taklid. Perkembangan ini juga membawa Daulah Abbasiyah ke tempat utama dan
terhormat dalam kebudayaan, peradaban serta dunia pemikiran atau filsafat.
Pada
masa ini telah dilahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Malik, Imam Abu
Hanifah, Iman Syafe’i, dan Imam Ibn Hambal dalam bidang hukum, Imam al Asy
‘ari, Imam al Maturidi, pemuka-pemuka Mu’tazilah seperti Wasil ibn Atha, Abu al
Huzail, al Nazzam dan al Jubba’i dalam bidang teologi, Zunnun al Misri, Abu
Yazid al Bustami, dan al Hallaj dalam bidang mistisisme atau al tasawwuf, al
Kindi, al Farabi, ibn Sina, dan ibn Maskawaih dalam bidang filsafat, dan ibn Al
Hazam, ibn Hayyan, al Khawarizmi, al Mas’udi dan al Razi dalam bidang ilmu
pengetahuan.
D. Ilmu-ilmu yang Tumbuh dan Berkembang pada Masa
Daulah Abbasiyah
1. Ilmu-ilmu
Agama
a. Ilmu
Tafsir
Tumbuh dan
berkembangnya ilmu tafsir dalam abad ke tiga Hijriah dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar yang mendesak, untuk memahami arti dan maksud ayat-ayat
al-Qur’an, sebagai akibat semakin bertambah banyaknya pemeluk Islam yang bukan
Arab.
b. Ilmu
Hadist
Pembukuan Hadist secara
lebih sempurna, baru mulai dilakukan pada masa ini. Beberapa karya besar yang
terkenal seperti Shahih al Bukhari, Shahih al-Muslim, Sunan Ibn Majah, Sunan
Abu Daud, Sunan al-Tirmizi, Sunan al-Nasai dan al Muwatha’ oleh Imam Malik.
Karya-karya yang datang
kemudian lebih banyak bersumber dari kitab-kitab tersebut. Kalaupun ada yang
mengadakan pengumpulan atau penulisan langsung, sedikit sekali jumlahnya.
c. Ilmu
Qira’a
Lahirnya ilmu ini
karena adanya perbedaan lahjat di dalam membaca al-Qur’an antara orang-orang
Arab dengan orang Islam yang bukan Arab, perbedaan huruf al-Qur’an pada mushaf
Usman yang tidak bertitik dan berbaris. Dalam keanekaragaman itulah, tampil
Harun Ibn Musa al-Bashini (w. 170 H) sebagai orang pertama yang membahas bacaan
dari segi dasar dan sanad yang dianut masing-masing.
d. Ilmu
Kalam
Ilmu ini secara
praktis, sesungguhnya telah ada sebelumnya, namun barulah merupakan suatu ilmu
yang berdiri sendiri dengan pembahasan yang sistematis dan mendalam pada masa
Daulah Abbasiyah ini.
Munculnya ilmu ini
mempunyai kaitan erat dengan masuknya bangsa-bangsa yang telah berperdaban ke
dalam Islam, yang menuntut menjelaskan aqidah Islamiah, tidak cukup dengan
dasar-dasar logika dan pemikiran filsafat saja.
Selain itu, dimaksudkan
pula untuk mempertahankan Islam dari serangan luar dan sekaligus membawa
perubahan besar dalam sejarah pemikiran aqidah Islam.
Mutakallim yang
terkenal pada masa itu, antara lain seperti : Washil ibn Atha’, Amr ibn Ubaid
pelopor aliran Mu’tazilah, Abu Hasan al-Asy’ari, Al Juwaini pemuka aliran
Asy’ariyah dan masih banyak lagi yang lainnya.
Suatu hal yang perlu
dicatat adalah bahwa kaum mutakallim, khususnya Mu’tazilah, telah berhasil
mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Masehi, dengan menggunakan ilmu
kalam ini. Turut pula mempengaruhi perkembangan ilmu kalam karena khalifah
al-Ma’mun yang sangat tertarik pada kemerdekaan berpikir. Hal inilah antara
lain mendorong hidup suburnya Ilmu Kalam dan Ilmu Filsafat di dalam Islam.
e. Ilmu
Fiqh
Munculnya ilmu ini
sehubungan dengan timbulnya berbagai masalah di kalangan umat Islam pada abad
kedua Hijriah. Jarak antara lahirnya Islam dengan Daulah Abbasiyah cukup jauh.
Dalam hal semacam ini diperlukan adanya kepastian syara’ sehubungan dengan
masalah-masalah yang timbul dikalangan umat Islam tersebut. Maka munculla
beberapa aliran seperti Al Auziah dan Al Sauriyah, namun aliran ini tidak bertahan
lama, karena ajaran-ajarannya tidak dibukukan dengan baik.
f. Ilmu
Tasawwuf
Orang pertama yang
memakai kata sufi (tasawwuf) adalah Abu Hasyim al-Kufi (w.150H). Imam al-Gazali
(w. 502 H) kemudian mengembangkannya melalui karya-karyanya, antara lain Ihya
Ulum al-Din dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya. Mereka para ahli
tasawwuf ini, menyampingkan kehidupan duniawi, hidup dalam kesederhanaan,
karena dengan demikian, mereka akan merasa lebih dekat dengan Tuhan.
g. Ilmu
Tarikh
Muhammad ibn Ishak (w.
152 H) yang mula-mula menulis tarikh Nabi Muhammad SAW, kemudian diringkaskan
oleh Ibn Hisyam (w.218 H) dengan bukunya Syarh Ibn Hisyam. Penulis-penulis
tarikh lainnya pada masa ini ialah Ibn Abi Mahruf, Al Waqidi, Ibn Al Kilbi, Ibn
Sa’ad ibn al-Hikam, Ibn Qutaibah dan Nubkhiti.
h. Ilmu
Nahwu
Abu Al Aswad al Duali
yang hidup pada masa Daulah Umayyah, dikenal sebagai peletak dasar ilmu ini,
yang diperolehnya dari Ali ibn Abi Thalib.
Setelah pemerintahan
dipegang oleh Daulah Abbasiyah, perkembangannya semakin pesat lagi. Di Bashrah dibangun madrasah yang
khusus medalami ilmu ini.
2. Ilmu-ilmu
Umum
a. Ilmu
Filsafat
Ilmu ini muncul dan berkembang pada masa Daulah
Abbasiyah. Ilmu ini diperoleh melalui penterjemahan buku-buku filsafat Yunani
yang terdapat di berbagai negeri, seperti Mesir, Syiria, Mesopotamia, dan
Persia, dan bahkan dari Yunani sendiri.
Para cendekiawan muslim
bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dan
buku-buka Yunani tersebut, tetapi menambah ke dalamnya hasil-hasil penyelidikan
yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran
mereka dalam lapangan filsafat.
Filosof-filosof muslim,
sebagaimana halnya dengan filosof Yunani, bukan hanya mempunyai sifat filosof,
tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan. Karangan-karangan mereka bukan hanya
terbatas dalam lapangan filsafat saja tetapi juga meliputi berbagai ilmu
pengetahuan.
b. Ilmu
Falak
Orang pertama menelaah
ilmu ini, ialah muhammad ibn ibrahim al-farazi. Diawali dengan lahirnya buku
al-sindu hindu pada masa khalifa al-mansur, kemudian berkembang pada masa
al-ma’mun dengan dibangunnya teropong bintang dan terjemahkannya buku yunandi
al-magiste, karya potelemeus oleh husain ibn ishak.
Pada masa ini pula
dikemukakan teori tentang terjadinya gerhana, dan tidak tampaknya matahari di
daerah kutub. Teori ini telah disempurnakan dengan alat pengukur dan kecepatan
perjalanan bintang atau astrologi.
c. Ilmu
Kedokteran
Ilmu ini mulai dikenal
pada masa Daulah Abbasiyah dengan hadirnya hadirnya George Bakhtisyu ke istana,
atas permintaannya al-Mansur untuk mengobati dirinya. Banyak sumbangan yang
telah diberikan para ilmuawan Muslim dalam bidang ini, baik dalam aspek ilmu
kedokteran maupun seni penyembuhan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
d. Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu ini dipakai secara
praktis, ketika membuat perencanaan pembangunan kota baghdad pada masa
al-manshur. Pada masa al-mahdi, jabir ibn hayyam (721-815 M) telah menulis ilmu
kimia, pertambangan dan batu-batuan yang dimanfaatkan oleh barat dikemudian
hari.
Perkembangan
selanjutnya dilakukan oleh muhammad ibn-ibrahim al-farazi, dengan
menterjemahkan buku matematika sinhind dari india.
Al-khawarizmi, terkenal
pula sebagai ahli matematika yang amat luas pengaruhnya dimasa pemerintahakan
al mu’tasim. Karyanya al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah (buku padat
ringkas tentang perhitungan retorasi dan ekuasi). Karya tersebut telah
mengabdikan nama beliau sendiri dalam istilah al-qharitma (sistem notasi
aritmatika dengan angka arab 1 dan seterusnya yang dalam konsep modem disebut
logarisma (kaedah untuk pemecahan masalah berhitung tertentu seperti mencari
persekutuan terbesar).
Sistema al-gharitma
tersebut, baru dikenal dieropa, pada abad ke-12M, sebelumnya hanya dikenal
sistem rumawi.
Pada matematis lainnya
yang terkenal yakni, umar al-khayyam, nasir al-din a-tusi dan lain-lain.
e.
Fisika
Ada
suatu hal yang merupakan ciri khas dari karya ahli fisika muslim pada masa itu,
yakni terpadunya kepekaan terhadap azas-azas teori dasar yang mencerminkan
kekaguman dan kehormatan terhadap ciptaan tuhan dengan pendekatan praktis.
Ahli
fisika muslim yang terkenal, antara lain seperti al-birunidan ibn sinayang
bekerja sama dalam menganalisa konsep-konsep fisika pada masa itu, ibn
al-haytham (al-hazam) yang memplopori study tentang gerak dan refraksi atau
pembiasaan cahaya dan pendekatan terhadap hukumnya, dalam karyanya al-munazir
(buku optika).
Demikianlah
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa daulah abbasiyah yang
telah mencapai puncaknya, namun menurut badri yatim, kemajuan yang dicapai
abbasiyah tidak terlepas dari usaha bani umayyah sebagai perintis kemajuan,
namun usaha tersebut tidak terfokus, karena pada masa ini pusat perhatian
terfokus kepada pengembangan wilayah islam. Walaupun kemajuan islam mencapai
puncak keemasannya pada daulah abbasiyah, namun kemunduran juga terjadi pada
masa khalifah terakhir. Hal ini disebabkan bebrapa hal, antara lain:
(1)
Wilayah kekuasaan yang
semakin luas.
(2)
Heterogenitas.
(3)
Merajalelahnya budaya
PKN.
(4)
Pemberontakan tentara
jenissari.
(5)
Merosotnya ekonomi dan.
(6)
Terjadinya stagnasi
dalam lapangan ilmu pengetahuan.
E. Bentuk-bentuk Kemajuan
Pendidikan Islam di Masa Lalu
Harun
Nasution mengklasifikasikan sejarah Islam pada tiga masa yang mana periode
pertama disebut dengan periode klasik dimulai tahun 650 hingga 1250 M.,sejak
lahirnya islam sampai hancurnya pemerintahan Baghdad, sedangkan pada periode
kedua disebut dengan periode pertengahan yaitu dari hancurnya baghdad sampai
timbulnya ide-ide baru di Mesir yaitu sejak tahun 1250 hingga 1800 M. Dan
terakhir periode modern yaitu mulai tahun 1800 M. hingga sekarang. Dan adapun
bentuk-bentuk pendidikan islam masa klasik atau masa lalu yaitu antara lain:
a.
Kurikulum
kurikulum
dalam lembaga pendidikan islam dimasa klasik pada mulanya berkisar pada bidang
study tertentu. Namun seiring perkembangan social dan cultural, materi
kurikulum semakin luas. Pada masa Nabi di Madinah, materi pelajaran berkisar
pada belajar menulis, membaca Al-Quran, keimanan, ibadah, akhlak, dasar
ekonomi, dasar politik, dan kesatuan. Setelah wilayah Islam semakin luas, Islam
harus bersentuhan dengan budaya masyarakat non Islam yang menyebabkan
permaslahan social semakin kompleks. Problem social tersebut pada akhirnya
berpengaruh besar terhadap kehidupan keagamaan dan intelektual Islam, termasuk
ilmu helenistik yang terjalin kontak dengan Islam. Perkembangan kehidupan
inteleketual dan kehidupan keagamaan dalam Islam membawa situasi lain bagi
kurikulum pendidikan Islam. Maka, diajarkanlah ilmu-ilmu baru seperti tafsir,
hadist, fikih, tata bahasa, sastra, matematika, teologi, filsafat, astronomi,
dan kedokteran Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah
tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca, menulis, dan syair. Dalam
berbagai kasus-kasus lain dikhususkan untuk membaca al-Quran dan mengajaarkan
sebagian prinsip-prinsip pokok agama. Sedangkan untuk anakanak amir dan
penguasa, kurikulum tingkat rendahsedikiy berbeda. Di istana-istana bisanya
ditegaskan pentingnya pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang,
cara-cara pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan
fikih.
b.
Metode Pengajaran
Metode
pengajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar
mengajar untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada
anak didiknya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan
pemilihan ilmu oleh murid, sehingga murid dapat menyerap apa yang disampaikan
gurunya. Metode pengajaran yang dipakai pada masa Masa Abbasiyah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Metode lisan
Metode
ini dapat berupa dikte, ceramah, qira`ah, dan dapat berupa diskusi. Dikte
(imla) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman
sehingga pelajar mempunyai catatan yang dapat membantunya terutama bagi yang
daya ingatnya tidak kuat. Metode ceramah (al asma`), yaitu guru membacakan
bukunya atau menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid
mendengarkannya. Pada saat tertentu guru memberi kesempatan kepada murid untuk
menulis dan bertanya. Metode qira`ah (membaca) biasanya digunakan untuk
membaca. Sedangkan diskusi merupakan metode pengajaran dalam pendidikan Islam
dengan cara perdebatan.
2.
Metode hafalan
Metode
ini dilakukan oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga pelajaran
melekat di benak mereka. Dalam proses selanjutnya, murid mengeluarkan kembali
pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam suatu diskusi dia dapat merespon,
mematahkan lawan, atau memunculkan ide baru.
3.
Metode tulisan
Metode
ini merupkan metode pengkopian karya-karya ulama. Metode ini di samping
bermanfaat bagi proses penguasaan pengetahuan juga sangat besar artinya bagi
penggandaan jumlah buku karena pada masa itu belum ada mesin cetak.
c.
Kehidupan Murid
Ciri
utama kehidupan murid dalam pendidikan tingkat dasar adalah :
1.
Diharuskannya belajar membaca dan menulis.
2.
Bahan pengajarannya menggunakan syair-syair dan bukan al Qur`an karena
dikhawatirkan mereka membuat kesalahan yang akan menodai al Qur`an.
3.
Murid-murid diajarkan membaca dan menghafalkan al Qur`an.
4.
Pada sekolah dasar tidak ditentukan lamanya belajar dan tergantung pada
kemampuan anak-anak.
5.
Hubungan guru dan murid sebagai hubungan orang tua dan anak.
Pada
pendidikan tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru yang mereka sukai yang
dianggapnya paling baik. Di antara ciri khas pendidikan di masa Masa Abbasiyah
adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu oendidikan tergantung pada guru.
Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang dikehendaki dan bisa belajar
dimana saja, misdalnya di perpustakaan, toko buku, rumah ulama atau tempat
terbuka. Pelajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pelajar tidak tetap,
yang terdiri dari para pekerja yang mengikuti pelajaran untuk menunjang profesi
dan pelajar tetap, yaitu pelajar yan g mempunyai tujuan utama untuk belajar dan
menghabiskan sebagian hidupnya untuk belajar. Setiap pelajar membuat daftar
guru-guru yang mengajar yang disebut Mu`jam al Masyakhah. Daftar tersebut
digunakan sebagi bukti bahwa mereka telah belajar kepada guru-guru yang
terkenal dan dapat mengetahui kualitas hadits yang mereka terima dari seorang
guru.
d.
Rihlah Ilmiyah
Yaitu
pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu. Dengan adanya sistem ini
pendidikan di masa Masa Abbasiyah tidak hanya di batasi dengan dinding kelas
(school without wall) tetapi memberikan kebebasan kepada murid untuk belajar
kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Guru-guru juga melakukan perjalanan dan
pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar,
sehingga sistem rihlah ilmiyah disebut dengan learning society (masyarakat
belajar). Kebebasan perjalanan di berbagai daerah Islam menyebabkan pertukaran
pemikiran (culture contact) terus berlangsung antar masyarakat Islam sehingga
dinamika sosial dan peradaban Islam terus berlangsung. Syalabi, mengutip dari
Nicholson menjelaskan bahwa melakukan perjalanan ilmiah laksana lebah mencari
bunga ke tempat yang jauh kemudian mereka kembali ke kota kelahirannya dengan
membawa madu yang manis.
e.
Wakaf
Lembaga
wakaf menjadi sumber keuangan bagi lembaga pendidikan Islam. adanya sistem
wakaf dalam Islam disebabkan oleh sistem ekonomi Islam yang menganggap bahwa
ekonomi berhubungan erat dengan akidah dan syari`ah Islam sehingga aktifitas
ekonomi memppunyai tujuan ibadah dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu di
saat ekonomi Islam mencapai kemajuan, umat Islam tidak segan-segan
membelanjakan uangnya untuk kepentingan dan kesejahteraan umat Islam seperti
halnya untuk pelaksanaan pendidikan Islam. Dengan dipelopori penguasa Islam
yang cinta ilmu seperti Harun al Rasyid dan al Ma`mun maka berdirilah
lembaga-lembaga pendidikan untuk keilmuan. Menurut Syalabi, bahwa khalifah al
Ma`mun adalah orang yang pertama kali memberikan pendapatnya tentang pembentukan
badan wakaf.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kejayaan
pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam
non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab,
rumah para ulama, majelis atau salon kesusastraan, badiah(padang pasir,dusun
tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan, masjid, dan ribath. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kejayaan pendidikan Islam; adanya
lembaga-lembaga formal seperti sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah,
terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu
maju, dan pengaruhpengaruh dari Persia, India dan pengaruh Hellenisme di masa
Abbasiyah. Dari perkembangan lembaga-lembaga serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kejayaan pendidikan Islam itu sendiri maka lahirlah bentuk-bentuk
kejayaan pendidikan islam pada masa klasik diantaranya; Kurikulum, metode
pengajaran, kehidupan murid, rihlah ilmiyah, dan wakaf.
2.
Saran
Demikianlah
makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam semester III.
Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan penulis meminta kepada
pembaca umumnya dan khususnya kepada bapak dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan
Islam ini untuk memberikan saran dan kritik yang membangun untuk makalah
ini. Mudah-mudahan Allah Swt senantiasa memberkahi kita semua. Amin ya Rabbal
‘Alamin
Daftar
Pustaka